Calon pengganti jendral Hoegeng"
5 Cerita kejujuran polisi Aiptu Jailani
Setelah Jenderal Hoegeng meninggal, rasanya sulit sekali menemukan
polisi jujur dan tegas di Indonesia. Dewasa ini, personel Korps
Bhayangkara lebih dikenal dengan penegak hukum yang semakin dekat dengan
perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Tak cuma setingkat jenderal, polisi kelas bawah pun kini dipandang
negatif. Polisi dianggap profesi yang gampang disuap terlebih untuk
memuluskan perkara.
Di tengah derasnya kritik tajam itu,
ternyata masih ada sosok polisi yang tetap menempatkan dirinya sebagai
pengayom masyarakat. Dia adalah anggota Satlantas Polres Gresik, Jawa
Timur, Aiptu Jailani.
Meski pangkatnya baru seorang bintara,
ketegasan dan kejujuran Jailani patut diacungi jempol. Predikat polisi
lalu lintas yang akrab dengan kata damai atau 86 bagi pelanggar, tak
berlaku untuknya.
Pola pikir seperti ini ingin diubah Jailani.
Baginya, siapa pun yang melanggar aturan hukum harus ditindak. Baik itu
pejabat negara atau rakyat biasa kalau salah dan melanggar lalu lintas
pasti disikat dan mendapat surat 'sakti' tilang darinya. Termasuk
istrinya sendiri.
Lucunya, ketegasan Jailani membuat dirinya
lebih tenar dari pimpinannya di Polres Gresik. Sejumlah penghargaan pun
diraihnya. Baginya ini sangat membanggakan. Maka itu dia berjanji terus
sikap tak kenal komprominya
Berikut sikap jujur Aiptu Jailani lainnya yang bisa menjadi teladan rekan-rekannya sesama anggota polisi :
1. Tilang istrinya
Jailani mengaku pernah menilang petinggi Polri, TNI hingga pejabat
negara. Yang lebih parah, istrinya sendiri pun pernah ditilang.
Ceritanya, saat dia mengamankan acara Car Free Day (CFD), istrinya
Rahmawati, melintasi gang kecil dan terjebak di jalur CFD. Oleh polisi
lain, Rahmawati diarahkan keluar dari area CFD. Sayang, pelanggaran itu,
diketahui suaminya yang tengah men-sweeping pengendara motor yang
melanggar rambu CFD.
Rahmawati pun mendapat tilang dari sang
suami. "Untung hari itu, hanya teguran tilang simpatik saja, sehingga
istri saya tidak sampai disidang. Dan untungnya juga, istri saya mau
mengerti dan memahami tindak tegas saya. Justru dia mendukung aksi
saya," ungkap Jailani sembari tersenyum geli.
2. Tilang petugas KPK
Sebagai polisi lalu lintas, Jailani akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Hal itu pulalah yang membuatnya tak pandang bulu saat
menindak orang yang melakukan pelanggaran di jalanan.
Baginya,
setiap kendaraan yang tak patuh harus dihukum dengan sanksi tilang.
Persoalan siapa yang ada di dalam atau pemilik kendaraan itu, urusan
kedua. Yang jelas, orang hebat tak kebal hukum.
Ceritanya,
suatu hari Jailani sedang mengatur lalu lintas. Tiba-tiba dia melihat
ada mobil yang menerobos lampu merah. Tanpa tedeng aling-aling, dia
langsung mengambil kendaraan dan mengejar mobil itu.
"Saat
mobil sudah saya hentikan, saya mencatat surat tilang, lalu si pengemudi
keluar dan menyodorkan uang Rp 50 ribu kepada saya," ungkap Jailani.
Entah itu bagian dari jebakan atau memang sengaja menguji kejujuran
Jaelani, bapak dua anak ini langsung menolak. Tapi si pengemudi tak
kehabisan akal, dia coba membuat Jailani takut dengan mengeluarkan tanda
pengenal sebagai anggota KPK sambil meminta 'damai'.
"Mesti
begitu, ya tetap saya proses. Sebab cara mengemudinya, bisa membahayakan
orang lain dan dirinya sendiri," kata Jailani tanpa menyebut nama si
pengemudi sambil memperagakan cara anggota KPK itu memperlihatkan
identitasnya.
3. Semprot perwira Polri yang parkir sembarangan
Tak hanya anggota KPK, Jailani juga pernah menilang seorang perwira
dari Polda Jawa Timur yang tinggal di daerah Gresik. Gara-garanya, si
perwira memarkir kendaraannya tepat di rambu larangan parkir. Padahal,
mobilnya itu di depan rumahnya sendiri, yang berada tepat di pinggir
salah satu jalan protokol.
Melihat ada yang tak sesuai aturan,
Jailani langsung mendatangi rumah si perwira dan mengetuk pintu rumah.
Melihat yang datang adalah polisi yang berpangkat lebih rendah darinya,
sang pemilik rumah marah dan mengancam akan melaporkan Jailani ke
Kapolres Gresik.
"Saat itu, saya meminta surat-surat mobilnya
untuk saya periksa dan beliau (si perwira Polda Jatim) bilang: Saya ini
dari Polda loh Dik. Saya bisa saja meminta kapolres untuk memberi sanksi
sama kamu. Tapi akhirnya beliau memahami soal aturan lalu lintas dan
mengerti dengan tugas dan tanggung jawab saya sebagai petugas," kata
Jailani menceritakan pengalamannya.
Tapi dia tak gentar. Dia tetap meminta si perwira memindahkan mobilnya.
4. Tegas dan disiplin pesan dari orang tua
Jailani sadar dia bekerja di tempat yang dekat kegiatan dengan suap
menyuap. Untungnya pesan kedua orang tuanya selalu dia amalkan yakni
jadi polisi disiplin dan jujur.
Hal itulah yang buat diterapkannya dalam bekerja.
"Terutama ibu saya. Beliau banyak mengajarkan pada saya soal
kedisiplinan. Ibu saya adalah perempuan yang sangat disiplin, dan itu
yang diajarkannya kepada saya. Selain ibu saya, tak ada orang lain yang
mempengaruhi prinsip dan perilaku saya," aku bintara 44 tahun tersebut.
5. Lebih puas dengan gaji kecil
Jailani memilih menjadi polisi yang selalu bersyukur dengan yang dia
dapat. Pangkatnya baru Aiptu, tentu gajinya pun tak besar. Tapi dia tak
memilih mendapatkan uang sampingan apalagi berasal dari suap menyuap.
"Dari dulu, ketika saya mulai bertugas di kesatuan lalu lintas hingga
sekarang, saya tidak mau dititipi. Tidak ada yang namanya tilang di
tempat atau kata damai. Enak bagi yang mengerti, kalau tidak? Mereka
pasti berpikir kalau uang titipan tilang itu masuk ke kantong saya.
Makanya saya menolak keras titipan tilang. Kalau mereka memaksa, seperti
pejabat-pejabat yang pernah saya tilang, pasti saya arahkan ke bagian
administrasi operasional," tegas Jailani.
Jailani enggan
menyebut nominal gaji yang diterimanya sebagai bintara polisi. Meski tak
besar, tapi menurutnya sudah cukup. Dia lebih senang menghidupi
keluarganya dengan uang halal meski pas-pasan.
"Cukup atau
tidak, itu tergantung dari yang mengelolanya. Selama ini, semua gaji
yang saya terima, saya serahkan ke istri saya. Cukup tidaknya itu
tergantung bagaimana istri saya me-manage semua kebutuhan. Dan
AlhamduliLlah, kami tidak merasa kekurangan selama ini," ungkap dia.
Menurut Jailani, istrinya, Rahmawati (45), selalu mengelompokkan jumlah
kebutuhan tiap bulan saat gajian. Sang istri pun punya cara unik untuk
mengelola keuangan bulanan.
"Tiap terima gaji, istri saya
selalu menstaples uang untuk pengeluaran tiap bulan. Kebutuhan sekolah
anak berapa, uang untuk belanja, rekening listrik, biaya tak terduga,
uang saku saya dan lain sebagainya, distaples berbeda-beda oleh istri
saya, sehingga kami merasa cukup dengan apa yang kami dapat," ungkap
Jailani lagi.