Perpustakaan Nasional Australia simpan lebih dari 200.000 buku soal RI
Pustakawan senior di National Library of Australia, Tieke Atikah, bersama koleksi buku dan referensi soal Indonesia
Publik di Australia, terutama di Ibu Kota Canberra, tidak perlu repot-repot datang ke Jakarta untuk mencari referensi tentang Indonesia, baik itu buku-buku akademik hingga surat kabar lawas. Perpustakaan Nasional Australia (National Library of Australia /NLA) ternyata sudah mengoleksi referensi yang sangat banyak mengenai Indonesia.
"Koleksi Indonesia di perpustakaan kami ini meliputi lebih dari 200.000 volume buku, 5.000 judul serial, dan 250.000 surat kabar. Juga ada beberapa ribu gulung mikrofilm dan microfiche," kata Tieke Atikah, seorang pustakawan senior National Library of Australia saat mengajak VIVAnews menelusuri bangunan perpustakaan yang megah itu.
Di ruangan yang khusus menyimpan mikrofilm, Tieke menunjukkan koleksi koran-koran Indonesia terbitan 1950-an. Selain itu NLA menyimpan koleksi buku dan surat kabar Indonesia sejak masa kolonial Belanda dan pendudukan Jepang.
Di suatu ruangan khusus, tersimpan pula koleksi beberapa majalah dari Indonesia, dari majalah berita hingga majalah hiburan khusus pria. Bahkan, perpustakaan itu masih menyimpan poster-poster maupun pamflet kampanye Pemilu RI dan para caleg beberapa tahun silam.
"Di sini menyimpan koleksi referensi Indonesia terbesar di Australia dan telah menjadi prioritas utama bagi kebijakan pengembangan koleksi di National Library of Australia," kata Tieke, yang sudah menjadi pustakawan di NLA selama 25 tahun.
Buku-buku berbahasa Indonesia yang lebih banyak dikoleksi di perpustakaan ini, ujar Tieke, adalah yang terbitan sejak 1971. Kebanyakan buku mengenai pemerintahan dan politik, ilmu sosial, studi pembangunan, statistik dan hukum.
"Tempat ini menjadi referensi yang cukup lengkap bagi yang ingin mengetahui sejarah dan latar belakang Indonesia melalui buku-buku yang kami koleksi. Maka di beberapa kesempatan kalangan peneliti dan pejabat dari Indonesia datang ke sini juga. Bahkan ada pula penulis buku yang datang ke sini untuk mencari tahu apakah buku yang dia tulis juga dikoleksi, karena sudah tidak ada di Indonesia," kata Tieke.
Publik di Indonesia pun bisa mengakses referensi dari Perpusatakaan Nasional Australia secara gratis. Informasinya bisa dilihat di laman www.nla.gov.au/asian/indo/indsites.htm
Bahkan materi-materi soal Indonesia yang disimpan di berbagai perpustakaan di Australia juga bisa dilihat dengan membuka laman basis data librariesaustralia.nla.gov.au atau melalui situs Trove Australia (trove.nla.gov.au).
http://media.viva.co.id/thumbs2/2013/03/16/196531_koran-kuno-edisi-digital-di-national-library-of-australia_300_225.jpg
Trove ini merupakan suatu program khusus yang, tidak hanya menyimpan koleksi buku dan referensi NLA, namun juga perpustakaan-perpustakaan yang tersebar di penjuru Australia. Melalui program itu, pengunjung Internet juga bisa mengetahui koran-koran kuno mengenai Indonesia.
Tieke mengungkapkan bahwa Perpustakaan Nasional Australia sampai perlu membuka perwakilan di Indonesia. "Kantor di Jakarta bertugas mendapatkan buku-buku berbobot yang ditulis di Indonesia," lanjut dia.
Tieke melanjutkan upaya NLA mendapat sebanyak mungkin buku atau literatur mengenai Indoesia sangat berguna bagi penguatan hubungan kedua bangsa. "Ini demi memperkaya pengetahuan mengenai Indonesia bagi publik di Australia agar mereka lebih paham atas perkembangan di tanah air," kata Tieke.
Pustakawan senior di National Library of Australia, Tieke Atikah, bersama koleksi buku dan referensi soal Indonesia
Publik di Australia, terutama di Ibu Kota Canberra, tidak perlu repot-repot datang ke Jakarta untuk mencari referensi tentang Indonesia, baik itu buku-buku akademik hingga surat kabar lawas. Perpustakaan Nasional Australia (National Library of Australia /NLA) ternyata sudah mengoleksi referensi yang sangat banyak mengenai Indonesia.
"Koleksi Indonesia di perpustakaan kami ini meliputi lebih dari 200.000 volume buku, 5.000 judul serial, dan 250.000 surat kabar. Juga ada beberapa ribu gulung mikrofilm dan microfiche," kata Tieke Atikah, seorang pustakawan senior National Library of Australia saat mengajak VIVAnews menelusuri bangunan perpustakaan yang megah itu.
Di ruangan yang khusus menyimpan mikrofilm, Tieke menunjukkan koleksi koran-koran Indonesia terbitan 1950-an. Selain itu NLA menyimpan koleksi buku dan surat kabar Indonesia sejak masa kolonial Belanda dan pendudukan Jepang.
Di suatu ruangan khusus, tersimpan pula koleksi beberapa majalah dari Indonesia, dari majalah berita hingga majalah hiburan khusus pria. Bahkan, perpustakaan itu masih menyimpan poster-poster maupun pamflet kampanye Pemilu RI dan para caleg beberapa tahun silam.
"Di sini menyimpan koleksi referensi Indonesia terbesar di Australia dan telah menjadi prioritas utama bagi kebijakan pengembangan koleksi di National Library of Australia," kata Tieke, yang sudah menjadi pustakawan di NLA selama 25 tahun.
Buku-buku berbahasa Indonesia yang lebih banyak dikoleksi di perpustakaan ini, ujar Tieke, adalah yang terbitan sejak 1971. Kebanyakan buku mengenai pemerintahan dan politik, ilmu sosial, studi pembangunan, statistik dan hukum.
"Tempat ini menjadi referensi yang cukup lengkap bagi yang ingin mengetahui sejarah dan latar belakang Indonesia melalui buku-buku yang kami koleksi. Maka di beberapa kesempatan kalangan peneliti dan pejabat dari Indonesia datang ke sini juga. Bahkan ada pula penulis buku yang datang ke sini untuk mencari tahu apakah buku yang dia tulis juga dikoleksi, karena sudah tidak ada di Indonesia," kata Tieke.
Publik di Indonesia pun bisa mengakses referensi dari Perpusatakaan Nasional Australia secara gratis. Informasinya bisa dilihat di laman www.nla.gov.au/asian/indo/indsites.htm
Bahkan materi-materi soal Indonesia yang disimpan di berbagai perpustakaan di Australia juga bisa dilihat dengan membuka laman basis data librariesaustralia.nla.gov.au atau melalui situs Trove Australia (trove.nla.gov.au).
http://media.viva.co.id/thumbs2/2013/03/16/196531_koran-kuno-edisi-digital-di-national-library-of-australia_300_225.jpg
Trove ini merupakan suatu program khusus yang, tidak hanya menyimpan koleksi buku dan referensi NLA, namun juga perpustakaan-perpustakaan yang tersebar di penjuru Australia. Melalui program itu, pengunjung Internet juga bisa mengetahui koran-koran kuno mengenai Indonesia.
Tieke mengungkapkan bahwa Perpustakaan Nasional Australia sampai perlu membuka perwakilan di Indonesia. "Kantor di Jakarta bertugas mendapatkan buku-buku berbobot yang ditulis di Indonesia," lanjut dia.
Tieke melanjutkan upaya NLA mendapat sebanyak mungkin buku atau literatur mengenai Indoesia sangat berguna bagi penguatan hubungan kedua bangsa. "Ini demi memperkaya pengetahuan mengenai Indonesia bagi publik di Australia agar mereka lebih paham atas perkembangan di tanah air," kata Tieke.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar