Tak semua kotoran menjadi sampah yang tak
berguna dan menjijikkan. Sebuah kotoran binatang sekalipun bisa
bermanfaat bagi manusia, salah satunya menjadi pengharum ruangan.
Seperti karya dua siswa dari Lamongan Jawa Timur, Dwi Nailul Izzah dan Rintya Miki Aprianti berhasil melakukan penelitian 'Limbah Peternakan Sapi' sebagai pengharum ruangan ramah lingkungan. Hasil karya mereka menjadi kebanggaan tersendiri karena akan mewakili Indonesia dalam pada olimpiade internasional 'International Environment Project Olympiad' (INEPO) di Istanbul, Turki.
Meski berasal dari kotoran, hasil pengolahan limbah bisa menjadi wangi. Dengan melalui berbagai proses dan tahapan, limbah kotoran (feses) sapi bisa menjadi cairan pengharum ruangan dengan aroma alami tumbuh-tumbuhan. Pengharum ruangan yang dihasilkan murni berbau alami seperti tumbuhan yang menjadi makanan sapi, bukan karena ditambahi dengan bahan kimia agar bisa berbau wangi.
Untuk memasarkan hasil penelitiannya kepada masyarakat luas, kedua siswa itu juga membuat kajian ekonomi mengenai pangsa pasar produk pengharum ruangan tersebut. Pengharum ruangan ini sehat karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya, seperti 'benzo acetan' layaknya produk pengharum yang ada di pasaran, dan juga ekonomis karena ongkos produksinya sangat murah, yakni Rp 21 ribu untuk kemasan 225 mililiter.
Sementara untuk produk pengharum ruangan di pasaran harganya mencapai Rp 39.900 untuk kemasan 275 gram. Oleh karena itu, hasil karya tersebut akan segera diterbitkan dan dipatenkan di Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) karena belum ada paten produk sejenis.
Dwi Nailul Izzah merupakan siswi kelahiran Pucuk, Lamongan, 14 Desember 1996, dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Haris A Salim dan Zayyaroh. Sedangkan Rintya Miki Aprianti lahir di Jambi pada 17 April 1996 yang merupakan putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Maliki dan Juwami.(mdk/has)
Seperti karya dua siswa dari Lamongan Jawa Timur, Dwi Nailul Izzah dan Rintya Miki Aprianti berhasil melakukan penelitian 'Limbah Peternakan Sapi' sebagai pengharum ruangan ramah lingkungan. Hasil karya mereka menjadi kebanggaan tersendiri karena akan mewakili Indonesia dalam pada olimpiade internasional 'International Environment Project Olympiad' (INEPO) di Istanbul, Turki.
Meski berasal dari kotoran, hasil pengolahan limbah bisa menjadi wangi. Dengan melalui berbagai proses dan tahapan, limbah kotoran (feses) sapi bisa menjadi cairan pengharum ruangan dengan aroma alami tumbuh-tumbuhan. Pengharum ruangan yang dihasilkan murni berbau alami seperti tumbuhan yang menjadi makanan sapi, bukan karena ditambahi dengan bahan kimia agar bisa berbau wangi.
Untuk memasarkan hasil penelitiannya kepada masyarakat luas, kedua siswa itu juga membuat kajian ekonomi mengenai pangsa pasar produk pengharum ruangan tersebut. Pengharum ruangan ini sehat karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya, seperti 'benzo acetan' layaknya produk pengharum yang ada di pasaran, dan juga ekonomis karena ongkos produksinya sangat murah, yakni Rp 21 ribu untuk kemasan 225 mililiter.
Sementara untuk produk pengharum ruangan di pasaran harganya mencapai Rp 39.900 untuk kemasan 275 gram. Oleh karena itu, hasil karya tersebut akan segera diterbitkan dan dipatenkan di Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) karena belum ada paten produk sejenis.
Dwi Nailul Izzah merupakan siswi kelahiran Pucuk, Lamongan, 14 Desember 1996, dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Haris A Salim dan Zayyaroh. Sedangkan Rintya Miki Aprianti lahir di Jambi pada 17 April 1996 yang merupakan putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Maliki dan Juwami.(mdk/has)
***Sumber : Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar