Translate

Jumat, 05 April 2013

Bersaing dengan China, PT INKA Siap Jual 50 Bus Gandeng

Foto: Bersaing dengan China, PT INKA Siap Jual 50 Bus Gandeng 

@Ihsan

Jakarta - Setelah sukses dan terampil menjadi produsen kereta, PT Industri Kereta Api (INKA) melakukan ekspansi usaha dengan mengembangkan dan menjual bus gandeng (articulated bus) untuk keperluan angkutan umum massal.

Pada tahun 2013, INKA akan mengikuti tender Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta untuk pengadaan 50 unit dari 150 unit bus gandeng yang diperlukan mendukung operasional Trans Jakarta.

"Kita ikut tender 50 busway gandeng. Proyek dari pemda DKI. Tendernya dimulai April. Kita memilih bus gandeng karena pengerjaannya mirip dengan pembuatan kereta api," kata Direktur Produksi dan Teknologi INKA Yunendar Aryo Andoko di kantor pusat INKA, Jl Yos Sudarso Madiun, Jawa Timur, Jumat (22/3/2013).

Bis yang dibandrol seharga Rp 3,7 miliar ini, menggunakan mesin yang didatangkan dari Jerman dan Amerika Serikat. Namun rancangan dan desain, dibuat langsung oleh INKA serta berkolaborasi dengan industri lokal.

Hingga saat ini, INKA telah memasok sebanyak 39 unit bus gandeng untuk Trans Jakarta. Pesaing terberat bus dengan merek Inobus ini, adalah produsen bus asal China.



(feb/hen)Jakarta - Setelah sukses dan terampil menjadi produsen kereta, PT Industri Kereta Api (INKA) melakukan ekspansi usaha dengan mengembangkan dan menjual bus gandeng (articulated bus) untuk keperluan angkutan umum massal.

Pada tahun 2013, INKA akan mengikuti tender Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta untuk pengadaan 50 unit dari 150 unit bus gandeng yang diperlukan mendukung operasional Trans Jakarta.

"Kita ikut tender 50 busway gandeng. Proyek dari pemda DKI. Tendernya dimulai April. Kita memilih bus gandeng karena pengerjaannya mirip dengan pembuatan kereta api," kata Direktur Produksi dan Teknologi INKA Yunendar Aryo Andoko di kantor pusat INKA, Jl Yos Sudarso Madiun, Jawa Timur, Jumat (22/3/2013).

Bis yang dibandrol seharga Rp 3,7 miliar ini, menggunakan mesin yang didatangkan dari Jerman dan Amerika Serikat. Namun rancangan dan desain, dibuat langsung oleh INKA serta berkolaborasi dengan industri lokal.

Hingga saat ini, INKA telah memasok sebanyak 39 unit bus gandeng untuk Trans Jakarta. Pesaing terberat bus dengan merek Inobus ini, adalah produsen bus asal China.





Hacker Dari Indonesia yang Bisa Meretas Satelit

Foto: Hacker Dari Indonesia yang Bisa Meretas Satelit


@Ihsan

Indonesia memiliki sosok hacker yang memiliki reputasi dunia. Jim Geovedi, dikenal dunia karena mampu meretas satelit.

Dengan mudahnya dia bisa saja melongok percakapan surat elektronik atau sekedar keisengan anda didunia maya. Seperti yang dilansir dari suara pembaruan, dia bisa saja melongok data-data penting, atau bahkan mengamati sistem pertahanan negara.

“Kalau mau saya bisa mengontrol internet di seluruh Indonesia,” kata Jim dalam percakapan dengan Deutsche Welle (DW).

Ketika dikonfirmasi ke pengamat IT, Enda Nasution, dia mengaku percaya Jim Geovedi bisa melakukan itu.

“Saya memilih percaya dan tidak mau menantang Jim untuk membobol situs DW. Dia adalah hacker Indonesia dengan reputasi global, hilir mudik Berlin, Amsterdam, Paris, Torino, hingga Krakow menjadi pembicara pertemuan hacker internasional yang sering dibalut dengan nama seminar sistem keamanan,” katanya.

Dalam sebuah pertemuan hacker dunia, pria kelahiran tahuun 1979 ini memperagakan cara meretas satelit. Jim bisa mengubah arah gerak atau bahkan menggeser posisi satelit. Keahliannya ini bisa Anda lihat di Youtube.

Jim Geovedi sejak 2012 pindah ke London dan mendirikan perusahaan jasa sistem keamanan teknologi informasi bersama rekannya.

Dia menangani para klien yang membutuhkan jasa pengamanan sistem satelit, perbankan, dan telekomunikasi. Dua tahun terakhir, dia mengaku tertarik mengembangkan artificial intelligence komputer.

Tapi Jim Geovedi menolak disebut ahli. Dalam wawancara, Jim lebih suka menganggap dirinya “pengamat atau kadang-kadang partisipan aktif dalam seni mengawasi dari tempat yang jauh dan aman.“ Tidak, Jim bukan lulusan sekolah IT ternama.Indonesia memiliki sosok hacker yang memiliki reputasi dunia. Jim Geovedi, dikenal dunia karena mampu meretas satelit.

Dengan mudahnya dia bisa saja melongok percakapan surat elektronik atau sekedar keisengan anda didunia maya. Seperti yang dilansir dari suara pembaruan, dia bisa saja melongok data-data penting, atau bahkan mengamati sistem pertahanan negara.

“Kalau mau saya bisa mengontrol internet di seluruh Indonesia,” kata Jim dalam percakapan dengan Deutsche Welle (DW).

Ketika dikonfirmasi ke pengamat IT, Enda Nasution, dia mengaku percaya Jim Geovedi bisa melakukan itu.

“Saya memilih percaya dan tidak mau menantang Jim untuk membobol situs DW. Dia adalah hacker Indonesia dengan reputasi global, hilir mudik Berlin, Amsterdam, Paris, Torino, hingga Krakow menjadi pembicara pertemuan hacker internasional yang sering dibalut dengan nama seminar sistem keamanan,” katanya.

Dalam sebuah pertemuan hacker dunia, pria kelahiran tahuun 1979 ini memperagakan cara meretas satelit. Jim bisa mengubah arah gerak atau bahkan menggeser posisi satelit. Keahliannya ini bisa Anda lihat di Youtube.

Jim Geovedi sejak 2012 pindah ke London dan mendirikan perusahaan jasa sistem keamanan teknologi informasi bersama rekannya.

Dia menangani para klien yang membutuhkan jasa pengamanan sistem satelit, perbankan, dan telekomunikasi. Dua tahun terakhir, dia mengaku tertarik mengembangkan artificial intelligence komputer.

Tapi Jim Geovedi menolak disebut ahli. Dalam wawancara, Jim lebih suka menganggap dirinya “pengamat atau kadang-kadang partisipan aktif dalam seni mengawasi dari tempat yang jauh dan aman.“ Tidak, Jim bukan lulusan sekolah IT ternama.

Rabu, 03 April 2013

Yanuar Nugroho Pilih Tinggalkan Universitas Manchester saat Karir Bersinar

Foto: Yanuar Nugroho Pilih Tinggalkan Universitas Manchester saat Karir Bersinar
Ingin Ajak Anak Main Lumpur dan Mandi di Kali

@Ihsan

JUMAT malam pada Juni 2012 bakal menjadi titik waktu yang sulit dilupakan Yanuar Nugroho. Saat itu sebuah pesan elektronik dari Universitas Manchester, Inggris, tempatnya bekerja sejak 2007, masuk di akun e-mail-nya.
 
Isinya mengabarkan bahwa pria kelahiran Solo, Januari 1972, itu resmi dipromosikan sebagai senior lecturer di kampusnya. Sebuah posisi yang sudah termasuk tinggi dan terhormat di dunia akademis Inggris. Sebab, jabatan itu dua tingkat di bawah full professor. Apalagi, institusi pendidikan yang mengeluarkannya adalah universitas yang masuk daftar 50 perguruan tinggi terbaik dunia versi Times Higher Education edisi terakhir (2012).
 
Berselang empat hari kemudian, Ketua Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto mengundang Yanuar untuk bertemu. Pertemuan dihelat di Kantor UKP4 di Jalan Veteran 3, Jakarta Pusat. Kebetulan saat itu Yanuar mudik.
 
Dalam pertemuan itulah, peneliti dan pengajar yang mendapat predikat akademisi terbaik se-Universitas Manchester pada 2009 tersebut ditawari pemerintah Indonesia untuk pulang. Lewat Kuntoro, dia diminta bergabung di institusi yang bertanggung jawab langsung kepada presiden tersebut sebagai asisten ahli kepala UKP4.
 "Saya ingin Mas Yanuar pulang ke Indonesia. Yang saya tawarkan bukan gaji, bukan fasilitas, tapi kesempatan untuk berbakti kepada negara ini lebih konkret," kata Yanuar, menirukan tawaran Kuntoro waktu itu.
 
Ajakan to the point dari mantan menteri pertambangan tersebut akhirnya memaksa Yanuar untuk mempertimbangkan masak-masak. Dia sempat bingung. Menurut dia, keduanya sama-sama menarik dan menjanjikan.
 
Setelah melalui proses panjang, terutama diskusi dengan istrinya, Dominika Oktavira Arumdati, Yanuar dengan berat hati harus memutuskan untuk pulang ke tanah air. "Kalau saya hanya memikirkan gaji dan uang, tentu tidak saya ambil (ajakan Kuntoro). Kalau saya hanya memikirkan kenyamanan hidup, tentu saya tidak akan ambil tawaran Pak Kun (Kuntoro, Red)," kisahnya.
 
Ada dua alasan dia sehingga akhirnya memutuskan untuk balik ke tanah air. Selain sudah lama menyimpan keinginan pulang ke Indonesia dan mengabdikan diri untuk negara, alasan anak jadi pertimbangan. Dia dan istrinya tidak ingin dua anak mereka, Diandra Aruna Mahira, 8, dan Linggar Nara Sindhunata, 5, tumbuh dan besar di negara asing sehingga tidak pernah secara utuh merasa sebagai anak Indonesia.
 
"Biarlah, agar anak-anak bisa merasakan asyiknya mandi di kali, main lumpur di sawah, atau bermain dengan orang-orang di kampung," ujar Yanuar.
 
Menurut Yanuar, rasa sebagai orang Indonesia tidak bisa hanya dilihat dari jauh. "Ibarat untuk mengetahui rasa teh, tidak bisa hanya dilihat, tapi harus dicecap atau diteguk secara langsung," kata pria bertubuh besar itu sambil menyeruput secangkir teh di depannya.

Kondisi ekonomi keluarga Yanuar sebagai peneliti dan pengajar tetap di Universitas Manchester bisa dibilang sudah mapan. Gaji yang diterima bapak dua anak itu cukup tinggi untuk ukuran Indonesia. Puluhan ribu poundsterling sudah pasti didapat guna menunjang kehidupan layak keluarga Yanuar.
 
Namun, itu bukan satu-satunya yang membuat Yanuar memutuskan untuk meninggalkan Inggris menjadi sesuatu yang mudah. Kenyamanan hidup di salah satu negara belahan Eropa tersebut tentu akan sulit tergantikan ketika pindah ke Indonesia. Selain udara sejuk dan segar, sejumlah komponen pokok kehidupan masyarakat di negara itu ditanggung penuh oleh negara. Di antaranya terkait dengan kesehatan.

"Di Indonesia biaya ketidakpastian ini yang masih banyak, tapi di sana (Inggris, Red) biaya ketidakpastian sebagian besar ditanggung negara," katanya.
 
Meski sadar akan kondisi itu, Yanuar dan istri sudah mantap kembali ke tanah air. Konsekuensinya, dia harus bersedia meninggalkan segala kenyamanan yang didapat selama di Inggris. Namun, banyak yang menyayangkan keputusan itu. Bahkan, ada yang menilai keputusan tersebut sebagai sebuah keputusan bodoh.
 
"Mas Yanuar ini bagaimana, ora akeh lho (tidak banyak, Red) Mas yang bisa menduduki posisi terhormat di sini (Inggris, Red)," ungkapnya, menirukan respons sejumlah teman Yanuar  di Inggris.
 
Surat ke Universitas Manchester yang intinya menyatakan bahwa Yanuar cs tidak bisa mengambil waktu promosi sebagai senior lecturer lantas dikirim. Selain itu, dia menyampaikan kabar bahwa pemerintah Indonesia telah meminta dirinya untuk pulang. Tidak cukup itu saja, surat resmi pemerintah berkop burung garuda yang ditandatangani Kuntoro dilayangkan secara terpisah untuk menguatkan proposal Yanuar cs.
 
Pihak universitas tempat Yanuar mengajar selama ini tidak seketika mau melepasnya. Hingga saat ini, secara formal Yanuar masih dianggap sebagai salah seorang staf akademik Universitas Manchester. Selama setahun, sejak resmi bergabung di UKP4 pada Oktober 2012, status Yanuar masih semacam dipinjamkan ke pemerintah Indonesia. Mereka belum rela bila Yanuar ditarik kembali ke kampung halaman.
 
Niat Yanuar untuk pulang dan mengabdikan ilmu sepertinya sudah bulat. Karena itu, dia terus melobi atasannya, Profesor Jakob Edler, agar diperbolehkan untuk keluar dari universitas itu. Sejauh ini mulai terlihat lampu kuning. Yanuar boleh keluar dari kampus bergengsi tersebut.
 
Meski begitu, Yanuar tetap bersedia menjadi dosen tamu (visiting professor) di Universitas Manchester. Setidaknya sekali dalam setahun. "Terus terang saya merasa terhormat," ujarnya.
 
Yanuar berada di Inggris kali pertama untuk studi master pada 2000. Kemudian, lulus dengan predikat cum laude pada 2001. Saat itu tawaran beasiswa untuk melanjutkan program doktoral sudah langsung datang. Namun, karena sudah terikat kontrak dengan pemberi beasiswa sebelumnya, dia harus pulang lebih dahulu.   
 
Baru pada 2004 Yanuar kembali ke Inggris untuk mengambil program doktor di Universitas Manchester. Untuk menunjang biaya hidup selama kuliah, dia terpaksa harus bekerja. Sebab, sang istri yang diajak serta dan diharapkan bisa membantu bekerja ternyata sedang hamil anak pertama. Selain menjadi asisten profesor, Yanuar bekerja di sebuah toko besi untuk menambah pendapatan. Dia menjadi petugas sekuriti.
 
"Sekali-sekali ikut membantu ngangkut semen. Pokoknya pekerjaan saya tidak ringan dan bikin pusing," katanya, lantas tertawa.
 
Aktivitas kuliah sambil bekerja itu dilakoninya setahun. Baru pada awal 2005, setelah mendapat tambahan beasiswa dari salah satu lembaga di Swiss, kondisi keuangannya agak membaik. Meski tetap bekerja sebagai asisten profesor, dia tidak lagi menjadi satpam di toko besi.
 
Melalui jalan berliku, Yanuar akhirnya bisa menyelesaikan studi dengan baik. Bahkan, dia tercatat sebagai mahasiswa program doktoral yang lulus tercepat. Yaitu, dalam dua tahun sepuluh bulan. "Sebelum sidang Phd, saya sebenarnya sempat pulang, coba-coba cari pekerjaan di beberapa perguruan tinggi di sini (Indonesia, Red)," kisahnya.
 
Tapi, lanjut dia, ternyata tidak ada satu pun yang mau menerima. Beragam alasan sempat disampaikan. Mulai alasan bukan alumnus kampus itu hingga bidang keilmuan yang ditekuni Yanuar belum ada. "Sebenarnya sempat kecewa juga, kok kayak gini, tapi ya sudahlah," katanya.
 
Di tanah air ditolak, Yanuar justru diminati di Inggris. Sebagai lulusan tercepat, dia langsung ditawari menjadi peneliti sekaligus pengajar di Universitas Manchester. Bidang yang ditekuni alumnus Teknik Industri ITB itu adalah inovasi dan perubahan sosial, dengan kajian utama mengenai inovasi kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pembangunan. Selain tetap mengajar dan membimbing mahasiswa S-1, S-2, dan S-3 sejak 2007, Yanuar menjadi makin intensif melakukan sejumlah riset. Pada 2004 hingga 2012, lebih dari 20 riset pernah ditangani.
 
Sejak 2007 Yanuar banyak menggarap kebijakan-kebijakan seputar Uni Eropa. Dia sempat bolak-balik ke kantor Uni Eropa di Belgia. Dia dipercaya sebagai fasilitator untuk membantu drafting kebijakan pada area pembangunan di sana.
 
"Sebenarnya hati ini gimana juga ya. Saya ini orang Indonesia, tapi kerjaannya kok mengurusi Uni Eropa, memajukan orang Eropa," ungkapnya mengisahkan proses pergulatan batinnya selama tinggal di Inggris.
 
Pada akhir 2009 Yanuar berhasil meraih capain lain di dunia akademis yang ditekuninya. Dia mendapat penghargaan sebagai akademisi terbaik di Manchester Business School. "Saat itu merupakan salah satu titik balik kehidupan saya," ujarnya.
 
Berawal dari penghargaan tersebut, dia kemudian didorong untuk ikut mengajukan program di Hallsworth Fellowship. Yakni, salah satu jalur bergengsi bagi para peneliti dunia untuk bisa mendapat fasilitas pendanaan melakukan riset tentang apa pun. Riset yang diajukan menyangkut perspektif ekonomi politik tentang inovasi akar rumput di Asia Tenggara.
 
"Pikiran saya, jika berhasil dapat ini, ini bisa jadi jalan mendekat ke Indonesia. Saya jual-jual kecap saja saat presentasi," beber Yanuar. Saat presentasi, dia mengatakan bahwa masa depan dunia sebenarnya bukan di Eropa, melainkan di Asia.
 
Pada Juli 2010 dia tercatat sebagai orang Asia pertama yang berhasil meraih Hallsworth Fellowship. "Sejak saat itu, saya sudah da da dengan Uni Eropa, saya mulai banyak bersentuhan dengan Indonesia, semakin dekat untuk pulang," imbuhnya.
 
Yanuar sebenarnya juga masih menyimpan keinginan lain sepulang ke tanah air. Dia berharap tetap bisa menginjakkan satu kakinya di dunia akademis. "Kalau ada yang menerima, saya juga ingin mengajar di sini," ucapnya.(*/c10/ari)
JUMAT malam pada Juni 2012 bakal menjadi titik waktu yang sulit dilupakan Yanuar Nugroho. Saat itu sebuah pesan elektronik dari Universitas Manchester, Inggris, tempatnya bekerja sejak 2007, masuk di akun e-mail-nya.

Isinya mengabarkan bahwa pria kelahiran Solo, Januari 1972, itu resmi dipromosikan sebagai senior lecturer di kampusnya. Sebuah posisi yang sudah termasuk tinggi dan terhormat di dunia akademis Inggris. Sebab, jabatan itu dua tingkat di bawah full professor. Apalagi, institusi pendidikan yang mengeluarkannya adalah universitas yang masuk daftar 50 perguruan tinggi terbaik dunia versi Times Higher Education edisi terakhir (2012).

Berselang empat hari kemudian, Ketua Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto mengundang Yanuar untuk bertemu. Pertemuan dihelat di Kantor UKP4 di Jalan Veteran 3, Jakarta Pusat. Kebetulan saat itu Yanuar mudik.

Dalam pertemuan itulah, peneliti dan pengajar yang mendapat predikat akademisi terbaik se-Universitas Manchester pada 2009 tersebut ditawari pemerintah Indonesia untuk pulang. Lewat Kuntoro, dia diminta bergabung di institusi yang bertanggung jawab langsung kepada presiden tersebut sebagai asisten ahli kepala UKP4.
"Saya ingin Mas Yanuar pulang ke Indonesia. Yang saya tawarkan bukan gaji, bukan fasilitas, tapi kesempatan untuk berbakti kepada negara ini lebih konkret," kata Yanuar, menirukan tawaran Kuntoro waktu itu.

Ajakan to the point dari mantan menteri pertambangan tersebut akhirnya memaksa Yanuar untuk mempertimbangkan masak-masak. Dia sempat bingung. Menurut dia, keduanya sama-sama menarik dan menjanjikan.

Setelah melalui proses panjang, terutama diskusi dengan istrinya, Dominika Oktavira Arumdati, Yanuar dengan berat hati harus memutuskan untuk pulang ke tanah air. "Kalau saya hanya memikirkan gaji dan uang, tentu tidak saya ambil (ajakan Kuntoro). Kalau saya hanya memikirkan kenyamanan hidup, tentu saya tidak akan ambil tawaran Pak Kun (Kuntoro, Red)," kisahnya.

Ada dua alasan dia sehingga akhirnya memutuskan untuk balik ke tanah air. Selain sudah lama menyimpan keinginan pulang ke Indonesia dan mengabdikan diri untuk negara, alasan anak jadi pertimbangan. Dia dan istrinya tidak ingin dua anak mereka, Diandra Aruna Mahira, 8, dan Linggar Nara Sindhunata, 5, tumbuh dan besar di negara asing sehingga tidak pernah secara utuh merasa sebagai anak Indonesia.

"Biarlah, agar anak-anak bisa merasakan asyiknya mandi di kali, main lumpur di sawah, atau bermain dengan orang-orang di kampung," ujar Yanuar.

Menurut Yanuar, rasa sebagai orang Indonesia tidak bisa hanya dilihat dari jauh. "Ibarat untuk mengetahui rasa teh, tidak bisa hanya dilihat, tapi harus dicecap atau diteguk secara langsung," kata pria bertubuh besar itu sambil menyeruput secangkir teh di depannya.

Kondisi ekonomi keluarga Yanuar sebagai peneliti dan pengajar tetap di Universitas Manchester bisa dibilang sudah mapan. Gaji yang diterima bapak dua anak itu cukup tinggi untuk ukuran Indonesia. Puluhan ribu poundsterling sudah pasti didapat guna menunjang kehidupan layak keluarga Yanuar.

Namun, itu bukan satu-satunya yang membuat Yanuar memutuskan untuk meninggalkan Inggris menjadi sesuatu yang mudah. Kenyamanan hidup di salah satu negara belahan Eropa tersebut tentu akan sulit tergantikan ketika pindah ke Indonesia. Selain udara sejuk dan segar, sejumlah komponen pokok kehidupan masyarakat di negara itu ditanggung penuh oleh negara. Di antaranya terkait dengan kesehatan.

"Di Indonesia biaya ketidakpastian ini yang masih banyak, tapi di sana (Inggris, Red) biaya ketidakpastian sebagian besar ditanggung negara," katanya.

Meski sadar akan kondisi itu, Yanuar dan istri sudah mantap kembali ke tanah air. Konsekuensinya, dia harus bersedia meninggalkan segala kenyamanan yang didapat selama di Inggris. Namun, banyak yang menyayangkan keputusan itu. Bahkan, ada yang menilai keputusan tersebut sebagai sebuah keputusan bodoh.

"Mas Yanuar ini bagaimana, ora akeh lho (tidak banyak, Red) Mas yang bisa menduduki posisi terhormat di sini (Inggris, Red)," ungkapnya, menirukan respons sejumlah teman Yanuar di Inggris.

Surat ke Universitas Manchester yang intinya menyatakan bahwa Yanuar cs tidak bisa mengambil waktu promosi sebagai senior lecturer lantas dikirim. Selain itu, dia menyampaikan kabar bahwa pemerintah Indonesia telah meminta dirinya untuk pulang. Tidak cukup itu saja, surat resmi pemerintah berkop burung garuda yang ditandatangani Kuntoro dilayangkan secara terpisah untuk menguatkan proposal Yanuar cs.

Pihak universitas tempat Yanuar mengajar selama ini tidak seketika mau melepasnya. Hingga saat ini, secara formal Yanuar masih dianggap sebagai salah seorang staf akademik Universitas Manchester. Selama setahun, sejak resmi bergabung di UKP4 pada Oktober 2012, status Yanuar masih semacam dipinjamkan ke pemerintah Indonesia. Mereka belum rela bila Yanuar ditarik kembali ke kampung halaman.

Niat Yanuar untuk pulang dan mengabdikan ilmu sepertinya sudah bulat. Karena itu, dia terus melobi atasannya, Profesor Jakob Edler, agar diperbolehkan untuk keluar dari universitas itu. Sejauh ini mulai terlihat lampu kuning. Yanuar boleh keluar dari kampus bergengsi tersebut.

Meski begitu, Yanuar tetap bersedia menjadi dosen tamu (visiting professor) di Universitas Manchester. Setidaknya sekali dalam setahun. "Terus terang saya merasa terhormat," ujarnya.

Yanuar berada di Inggris kali pertama untuk studi master pada 2000. Kemudian, lulus dengan predikat cum laude pada 2001. Saat itu tawaran beasiswa untuk melanjutkan program doktoral sudah langsung datang. Namun, karena sudah terikat kontrak dengan pemberi beasiswa sebelumnya, dia harus pulang lebih dahulu.

Baru pada 2004 Yanuar kembali ke Inggris untuk mengambil program doktor di Universitas Manchester. Untuk menunjang biaya hidup selama kuliah, dia terpaksa harus bekerja. Sebab, sang istri yang diajak serta dan diharapkan bisa membantu bekerja ternyata sedang hamil anak pertama. Selain menjadi asisten profesor, Yanuar bekerja di sebuah toko besi untuk menambah pendapatan. Dia menjadi petugas sekuriti.

"Sekali-sekali ikut membantu ngangkut semen. Pokoknya pekerjaan saya tidak ringan dan bikin pusing," katanya, lantas tertawa.

Aktivitas kuliah sambil bekerja itu dilakoninya setahun. Baru pada awal 2005, setelah mendapat tambahan beasiswa dari salah satu lembaga di Swiss, kondisi keuangannya agak membaik. Meski tetap bekerja sebagai asisten profesor, dia tidak lagi menjadi satpam di toko besi.

Melalui jalan berliku, Yanuar akhirnya bisa menyelesaikan studi dengan baik. Bahkan, dia tercatat sebagai mahasiswa program doktoral yang lulus tercepat. Yaitu, dalam dua tahun sepuluh bulan. "Sebelum sidang Phd, saya sebenarnya sempat pulang, coba-coba cari pekerjaan di beberapa perguruan tinggi di sini (Indonesia, Red)," kisahnya.

Tapi, lanjut dia, ternyata tidak ada satu pun yang mau menerima. Beragam alasan sempat disampaikan. Mulai alasan bukan alumnus kampus itu hingga bidang keilmuan yang ditekuni Yanuar belum ada. "Sebenarnya sempat kecewa juga, kok kayak gini, tapi ya sudahlah," katanya.

Di tanah air ditolak, Yanuar justru diminati di Inggris. Sebagai lulusan tercepat, dia langsung ditawari menjadi peneliti sekaligus pengajar di Universitas Manchester. Bidang yang ditekuni alumnus Teknik Industri ITB itu adalah inovasi dan perubahan sosial, dengan kajian utama mengenai inovasi kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi dan pembangunan. Selain tetap mengajar dan membimbing mahasiswa S-1, S-2, dan S-3 sejak 2007, Yanuar menjadi makin intensif melakukan sejumlah riset. Pada 2004 hingga 2012, lebih dari 20 riset pernah ditangani.

Sejak 2007 Yanuar banyak menggarap kebijakan-kebijakan seputar Uni Eropa. Dia sempat bolak-balik ke kantor Uni Eropa di Belgia. Dia dipercaya sebagai fasilitator untuk membantu drafting kebijakan pada area pembangunan di sana.

"Sebenarnya hati ini gimana juga ya. Saya ini orang Indonesia, tapi kerjaannya kok mengurusi Uni Eropa, memajukan orang Eropa," ungkapnya mengisahkan proses pergulatan batinnya selama tinggal di Inggris.

Pada akhir 2009 Yanuar berhasil meraih capain lain di dunia akademis yang ditekuninya. Dia mendapat penghargaan sebagai akademisi terbaik di Manchester Business School. "Saat itu merupakan salah satu titik balik kehidupan saya," ujarnya.

Berawal dari penghargaan tersebut, dia kemudian didorong untuk ikut mengajukan program di Hallsworth Fellowship. Yakni, salah satu jalur bergengsi bagi para peneliti dunia untuk bisa mendapat fasilitas pendanaan melakukan riset tentang apa pun. Riset yang diajukan menyangkut perspektif ekonomi politik tentang inovasi akar rumput di Asia Tenggara.

"Pikiran saya, jika berhasil dapat ini, ini bisa jadi jalan mendekat ke Indonesia. Saya jual-jual kecap saja saat presentasi," beber Yanuar. Saat presentasi, dia mengatakan bahwa masa depan dunia sebenarnya bukan di Eropa, melainkan di Asia.

Pada Juli 2010 dia tercatat sebagai orang Asia pertama yang berhasil meraih Hallsworth Fellowship. "Sejak saat itu, saya sudah da da dengan Uni Eropa, saya mulai banyak bersentuhan dengan Indonesia, semakin dekat untuk pulang," imbuhnya.

Yanuar sebenarnya juga masih menyimpan keinginan lain sepulang ke tanah air. Dia berharap tetap bisa menginjakkan satu kakinya di dunia akademis. "Kalau ada yang menerima, saya juga ingin mengajar di sini," ucapnya.(*/c10/ari)

Keindahan Indonesia Makin Diminati Wisatawan Malaysia

Foto: Keindahan Indonesia Makin Diminati Wisatawan Malaysia

@Ihsan

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Keindahan  panorama alam, kemiripan bahasa dan budaya serta kelezatan aneka makanan tradisional membuat warga Malaysia semakin ketagihan untuk berwisata ke Indonesia,  bahkan sejumlah destinasi baru juga menjadi incaran wisatawan Malaysia.

"Jika pada tahun-tahun sebelumnya mereka menjadikan Bandung dan Jakarta serta Bali jadi tempat wisatanya, kini juga berkembang ke Medan, Yogyakarta, Lombok bahkan Makassar dan sejumlah destinasi lainnya," kata Wakil Direktur Promosi Pariwisata Wilayah ASEAN Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Chrismiastutie saat dijumpai di anjungan Indonesia dalam Matta Fair 2013,  Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (17/3/2013).

Menurut dia, besarnya antusias warga Malaysia tersebut  terlihat dengan banyaknya permintaan yang diterima oleh 92  agen perjalanan wisata yang ikut dalam pameran Matta Fair 2013 yang berlangsung sejak 15-17 Maret.

Anjungan Indonesia di pameran tersebut sejak hari pertama sampai hari terakhir selalu ramai dikunjungi calon wisatawan terutama dari Malaysia, dan juga dari negara-negara lainnya. "Dalam dua hari pameran, sudah tercatat 14.500 order. Jumlah itu akan bertambah jika termasuk hari ketiga yang diperkirakan 3.000 sampai 4.000 order lagi," ungkapnya.

Ketertarikan berwisata ke Indonesia juga diakui oleh sejumlah pengunjung arena Matta Fair, bahkan mereka mengatakan sudah berkali-kali ke Indonesia seperti Jakarta, Bandung,  Yogyakarta, Malang, Bali ataupun Lombok.

Menurut Shahrul Hisham, warga Malaysia yang dijumpai di pameran tersebut, dirinya senang ke Indonesia karena makanannya enak, murah dan halal. Begitu pula dengan budaya dan bahasa yang mirip semakin memudahkannya untuk berkomunikasi.
Saya sudah tujuh kali ke Bali. Tempatnya indah dan pantainya bagus dan sekarang saya ingin pergi lagi ke sana karena untuk mengunjungi teman sekaligus berwisata.
-- Shahrul Hisham

"Saya sudah tujuh kali ke Bali. Tempatnya indah dan pantainya bagus dan sekarang saya ingin pergi lagi ke sana karena untuk mengunjungi teman sekaligus berwisata," ungkapnya.

Senada disampaikan Nuraini yang sangat senang ke Indonesia terutama ke Bandung untuk wisata belanja sekaligus menikmati indahnya  panorama alamnya. "Saya sudah beberapa kali ke Bandung. Tapi sekarang ingin ke Bali," katanya.

Sementara itu,  Pemerintah Indonesia mentargetkan jumlah wisatawan dari Malaysia pada 2013 mencapai 1,4 juta wisatawan, atau lebih tinggi dari pencapaian dari tahun 2012 sebanyak 1,3 juta wisatawan.

Tingginya animo wisatawan Malaysia ke Indonesia ini juga terlihat dengan semakin  banyaknya penerbangan dari Kuala Lumpur ke sejumlah destinasi di Tanah Air seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali ataupun Makassar. 

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel
Sumber :
Antara
Editor :
I Made Asdhiana KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Keindahan panorama alam, kemiripan bahasa dan budaya serta kelezatan aneka makanan tradisional membuat warga Malaysia semakin ketagihan untuk berwisata ke Indonesia, bahkan sejumlah destinasi baru juga menjadi incaran wisatawan Malaysia.

"Jika pada tahun-tahun sebelumnya mereka menjadikan Bandung dan Jakarta serta Bali jadi tempat wisatanya, kini juga berkembang ke Medan, Yogyakarta, Lombok bahkan Makassar dan sejumlah destinasi lainnya," kata Wakil Direktur Promosi Pariwisata Wilayah ASEAN Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Chrismiastutie saat dijumpai di anjungan Indonesia dalam Matta Fair 2013, Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (17/3/2013).

Menurut dia, besarnya antusias warga Malaysia tersebut terlihat dengan banyaknya permintaan yang diterima oleh 92 agen perjalanan wisata yang ikut dalam pameran Matta Fair 2013 yang berlangsung sejak 15-17 Maret.

Anjungan Indonesia di pameran tersebut sejak hari pertama sampai hari terakhir selalu ramai dikunjungi calon wisatawan terutama dari Malaysia, dan juga dari negara-negara lainnya. "Dalam dua hari pameran, sudah tercatat 14.500 order. Jumlah itu akan bertambah jika termasuk hari ketiga yang diperkirakan 3.000 sampai 4.000 order lagi," ungkapnya.

Ketertarikan berwisata ke Indonesia juga diakui oleh sejumlah pengunjung arena Matta Fair, bahkan mereka mengatakan sudah berkali-kali ke Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang, Bali ataupun Lombok.

Menurut Shahrul Hisham, warga Malaysia yang dijumpai di pameran tersebut, dirinya senang ke Indonesia karena makanannya enak, murah dan halal. Begitu pula dengan budaya dan bahasa yang mirip semakin memudahkannya untuk berkomunikasi.
Saya sudah tujuh kali ke Bali. Tempatnya indah dan pantainya bagus dan sekarang saya ingin pergi lagi ke sana karena untuk mengunjungi teman sekaligus berwisata.
-- Shahrul Hisham

"Saya sudah tujuh kali ke Bali. Tempatnya indah dan pantainya bagus dan sekarang saya ingin pergi lagi ke sana karena untuk mengunjungi teman sekaligus berwisata," ungkapnya.

Senada disampaikan Nuraini yang sangat senang ke Indonesia terutama ke Bandung untuk wisata belanja sekaligus menikmati indahnya panorama alamnya. "Saya sudah beberapa kali ke Bandung. Tapi sekarang ingin ke Bali," katanya.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia mentargetkan jumlah wisatawan dari Malaysia pada 2013 mencapai 1,4 juta wisatawan, atau lebih tinggi dari pencapaian dari tahun 2012 sebanyak 1,3 juta wisatawan.

Tingginya animo wisatawan Malaysia ke Indonesia ini juga terlihat dengan semakin banyaknya penerbangan dari Kuala Lumpur ke sejumlah destinasi di Tanah Air seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali ataupun Makassar.

6 Senjata Buatan Indonesia yang Dibeli Militer Asing



Foto: 6 Senjata buatan Indonesia yang dibeli militer asing

@Ihsan

Tentara Nasional Indonesia (TNI) tengah giat-giatnya memodernisasi persenjataan yang dimilikinya atau biasa disebut alat utama sistem senjata (Alutsista). Diharapkan, beberapa tahun ke depan Alutsista TNI akan semakin lengkap dan moderen.

Namun, kebanyakan Alutsista TNI masih berasal dari luar negeri alias bukan buatan bangsa sendiri. Salah satu Alutsista yang baru saja disetujui pembeliannya adalah Tank Leopark Ri dan A24 asal Belanda. Tank canggih itu rencananya akan didatangkan ke Indonesia mulai tahun ini.

Tank Leopard Ri dibanderol dengan harga USD 1,7 juta atau sekitar Rp 16,4 miliar per unit. Kabarnya, Indonesia memesan 61 tank Leopard Ri dan 42 Leopard 2A4 seharga USD 700 ribu atau Rp 6,7 miliar per unit.

Militer yang kuat memang menjadi sebuah syarat mutlak sebuah negara. Sebab, selain berfungsi untuk menjaga wilayah perbatasan dan menangkal serangan dari luar, militer yang kuat juga dapat menjadi nilai lebih sebuah negara di mata negara lain.

Namun, hal itu akan semakin lengkap jika Alutsista yang digunakan berasal dari hasil buatan sendiri, bukan hasil impor. Meski belum bisa memproduksi seluruh Alutsista yang diperlukan TNI, Indonesia nyatanya telah mampu menciptakan sejumlah senjata tempur.

Bahkan, Alutsista yang diciptakan putra-putri terbaik Tanah Air itu telah diminati oleh sejumlah negara di dunia. Berikut enam Alutsista produksi dalam negeri yang diekspor keluar negeri

1. 260 Kepala roket 'Smoke Warhead' diekspor ke Cile

Salah besar jika Anda memandang sebelah mata senjata produksi dalam negeri. Sebab, senjata yang dihasilkan putra putri terbaik bangsa nyatanya dilirik oleh negara asing.

Rencananya, akhir Maret ini 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera diekspor ke Cile. Alutsista itu merupakan buatan PT Sari Bahari dari Ngalam, Malang, Jawa Timur.


Kualitas Smoke Warhead diakui mengalahkan produk serupa buatan pabrikan sejumlah negara maju, di antaranya; Amerika Serikat dan Rusia. Smoke Warhead adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan roket pasangan pesawat seperti Super Tucano.

Smoke Warhead akan memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket dengan cara mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke tanah. Smoke Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini, sudah lebih dari 3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.

2. Pesawat CN 235-MPA diekspor ke Korsel

Pesawat CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) produksi PT Dirgantara Indonesia menjadi salah satu Alutsista yang diminati negara lain.

Pada 2011-2012 lalu, PT DI memenuhi permintaan Korea Selatan yang memesan empat pesawat itu melalui kontrak yang ditandatangani pada 2008 dengan nilai total USD 94,5 juta. Pesawat yang merupakan modifikasi dari CN-235 itu, cocok untuk melakukan patroli perairan di samping bisa difungsikan untuk angkutan personel.


Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 jenis pesawat angkut militer VIP, ke Senegal, Afrika.

CN-235 MPA Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi (mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam Singapore Airshow 2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA sebagai bagian dari rencana memiliki 6 buah pesawat MPA sampai tahun 2014.

CN-235 MPA menggunakan sistem Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II, penjejak panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning receiver, dan CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system. Pesawat ini juga akan mengakomodasi Rudal Exocet MBDA AM-39 atau torpedo ringan Raytheon Mk 46.

3. Fast Patrol Boat diekspor ke Timor Leste

Putra putri terbaik bangsa di PT PAL telah berhasil membuat kapal perang jenis patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya, Alutsista buatan dalam negeri itu telah membuat negara tetangga, Timor Leste, kepincut.

Pada 2011 lalu, Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli cepat senilai USD 40 juta. Kapal tersebut akan digunakan untuk melindungi wilayah teritorial Timor Leste.

Konstruksi lambung dan anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu menahan gelombang tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli cepat ini mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official trial bisa mencapai 33 Knot.

Kapal ini memiliki dua baling-baling dan dilengkapi Radar NavNet yang mampu mengintegrasikan data-data peralatan sistim navigasi dan komunikasi seperti echo sounder, speed log dan GPS ke dalam peta elektronik dan sistem radar.

4. Peluru buatan PT Pindad diminati Singapura hingga AS

PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) selama ini memasok kebutuhan peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm dan 9 mm.

Namun, selain untuk TNI-Polri, peluru yang dihasilkan PT Pindad juga diekspor keluar negeri. Peluru-peluru tersebut dikirim ke Singapura, Filipinan, Bangladesh, hingga ke Amerika Serikat (AS).

Untuk Singapura, sudah beberapa tahun belakangan negara singa putih itu telah memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu, satu juta peluru telah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000.

Peluru buatan Pindad tersebut tentu bukan sembarangan. Sebab, produk dalam negeri itu telah melalui uji kelayakan badan internasional, seperti semua produk Divisi Amunisi yang telah lulus pengujian standar NATO. Demikian juga telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dari SGS Yearsly-International Certification Services Ltd, Inggris pada tahun 1994.

5. Panser Anoa diekspor ke Oman dan Malaysia

Panser Anoa buatan PT Pindad menjadi salah satu Alutsista yang paling laris dijual. Pada tahun 2008, TNI memesan 154 buah Panser Anoa berbagai tipe. Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC dan tahun 2012 TNI memesan 61 unit.

Tak hanya dalam negeri, Panser Anoa juga diminati negara asing. Untuk Panser jenis Anoa 6?6 juga dipesan oleh Kerajaan Oman. Malaysia juga memesan hingga 32 unit panser Anoa. Panser bermesin Renault ini memang sudah teruji di negara-negara gurun seperti Libanon saat digunakan oleh pasukan perdamaian PBB.

Kualitasnya sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat ketahananannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang diproduksi di China dan India.


Belum lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru ini mengusung Kanon kaliber 20 mm dan berjenis berjenis IFV (Infantry Fighting Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon Infantri Mekanis.

Dengan demikian, Panser Kanon 90 mm nantinya dikonsentrasikan untuk Batalyon Kavaleri, sementara Panser Kanon 20 mm untuk batalyon. Selain mengusung senjata utama kaliber 20 mm, Panser jenis ini juga mampu menyandang senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm dan mampu menampung lima orang, yang terdiri dari tiga kru Ranpur dan dua personel pasukan.

6. Senapan Pindad diminati Singapura hingga Afrika

Selain Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga banyak dipesan oleh negara luar. PT Pindad mampu memproduksi berbagai jenis senjata antara lain; jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2), senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, dan pelindung tubuh (personal body protection).


Produk-produk yang dihasilkan itu banyak dipesan oleh negara-negara di luar negeri. Di antaranya adalah sebuah jaringan supermarket khusus olahraga berburu, camping, dan memancing bernama Cabelas’s, yang merupakan pembeli terbesar produk-produk buatan Pindad.

Senapan serbu SS-2 merupakan produk langganan negara-negara Afrika seperti Zimbabwe, Mozambik, dan Nigeria. Selain itu, Thailand dan Singapura juga kerap memesan senjata tersebut.Tentara Nasional Indonesia (TNI) tengah giat-giatnya memodernisasi persenjataan yang dimilikinya atau biasa disebut alat utama sistem senjata (Alutsista). Diharapkan, beberapa tahun ke depan Alutsista TNI akan semakin lengkap dan moderen.

Namun, kebanyakan Alutsista TNI masih berasal dari luar negeri alias bukan buatan bangsa sendiri. Salah satu Alutsista yang baru saja disetujui pembeliannya adalah Tank Leopark Ri dan A24 asal Belanda. Tank canggih itu rencananya akan didatangkan ke Indonesia mulai tahun ini.

Tank Leopard Ri dibanderol dengan harga USD 1,7 juta atau sekitar Rp 16,4 miliar per unit. Kabarnya, Indonesia memesan 61 tank Leopard Ri dan 42 Leopard 2A4 seharga USD 700 ribu atau Rp 6,7 miliar per unit.

Militer yang kuat memang menjadi sebuah syarat mutlak sebuah negara. Sebab, selain berfungsi untuk menjaga wilayah perbatasan dan menangkal serangan dari luar, militer yang kuat juga dapat menjadi nilai lebih sebuah negara di mata negara lain.

Namun, hal itu akan semakin lengkap jika Alutsista yang digunakan berasal dari hasil buatan sendiri, bukan hasil impor. Meski belum bisa memproduksi seluruh Alutsista yang diperlukan TNI, Indonesia nyatanya telah mampu menciptakan sejumlah senjata tempur.

Bahkan, Alutsista yang diciptakan putra-putri terbaik Tanah Air itu telah diminati oleh sejumlah negara di dunia. Berikut enam Alutsista produksi dalam negeri yang diekspor keluar negeri

1. 260 Kepala roket 'Smoke Warhead' diekspor ke Cile

Salah besar jika Anda memandang sebelah mata senjata produksi dalam negeri. Sebab, senjata yang dihasilkan putra putri terbaik bangsa nyatanya dilirik oleh negara asing.

Rencananya, akhir Maret ini 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera diekspor ke Cile. Alutsista itu merupakan buatan PT Sari Bahari dari Ngalam, Malang, Jawa Timur.


Kualitas Smoke Warhead diakui mengalahkan produk serupa buatan pabrikan sejumlah negara maju, di antaranya; Amerika Serikat dan Rusia. Smoke Warhead adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan roket pasangan pesawat seperti Super Tucano.

Smoke Warhead akan memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket dengan cara mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke tanah. Smoke Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini, sudah lebih dari 3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.

2. Pesawat CN 235-MPA diekspor ke Korsel

Pesawat CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) produksi PT Dirgantara Indonesia menjadi salah satu Alutsista yang diminati negara lain.

Pada 2011-2012 lalu, PT DI memenuhi permintaan Korea Selatan yang memesan empat pesawat itu melalui kontrak yang ditandatangani pada 2008 dengan nilai total USD 94,5 juta. Pesawat yang merupakan modifikasi dari CN-235 itu, cocok untuk melakukan patroli perairan di samping bisa difungsikan untuk angkutan personel.


Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 jenis pesawat angkut militer VIP, ke Senegal, Afrika.

CN-235 MPA Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi (mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam Singapore Airshow 2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA sebagai bagian dari rencana memiliki 6 buah pesawat MPA sampai tahun 2014.

CN-235 MPA menggunakan sistem Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II, penjejak panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning receiver, dan CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system. Pesawat ini juga akan mengakomodasi Rudal Exocet MBDA AM-39 atau torpedo ringan Raytheon Mk 46.

3. Fast Patrol Boat diekspor ke Timor Leste

Putra putri terbaik bangsa di PT PAL telah berhasil membuat kapal perang jenis patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya, Alutsista buatan dalam negeri itu telah membuat negara tetangga, Timor Leste, kepincut.

Pada 2011 lalu, Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli cepat senilai USD 40 juta. Kapal tersebut akan digunakan untuk melindungi wilayah teritorial Timor Leste.

Konstruksi lambung dan anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu menahan gelombang tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli cepat ini mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official trial bisa mencapai 33 Knot.

Kapal ini memiliki dua baling-baling dan dilengkapi Radar NavNet yang mampu mengintegrasikan data-data peralatan sistim navigasi dan komunikasi seperti echo sounder, speed log dan GPS ke dalam peta elektronik dan sistem radar.

4. Peluru buatan PT Pindad diminati Singapura hingga AS

PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) selama ini memasok kebutuhan peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm dan 9 mm.

Namun, selain untuk TNI-Polri, peluru yang dihasilkan PT Pindad juga diekspor keluar negeri. Peluru-peluru tersebut dikirim ke Singapura, Filipinan, Bangladesh, hingga ke Amerika Serikat (AS).

Untuk Singapura, sudah beberapa tahun belakangan negara singa putih itu telah memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu, satu juta peluru telah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000.

Peluru buatan Pindad tersebut tentu bukan sembarangan. Sebab, produk dalam negeri itu telah melalui uji kelayakan badan internasional, seperti semua produk Divisi Amunisi yang telah lulus pengujian standar NATO. Demikian juga telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dari SGS Yearsly-International Certification Services Ltd, Inggris pada tahun 1994.

5. Panser Anoa diekspor ke Oman dan Malaysia

Panser Anoa buatan PT Pindad menjadi salah satu Alutsista yang paling laris dijual. Pada tahun 2008, TNI memesan 154 buah Panser Anoa berbagai tipe. Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC dan tahun 2012 TNI memesan 61 unit.

Tak hanya dalam negeri, Panser Anoa juga diminati negara asing. Untuk Panser jenis Anoa 6?6 juga dipesan oleh Kerajaan Oman. Malaysia juga memesan hingga 32 unit panser Anoa. Panser bermesin Renault ini memang sudah teruji di negara-negara gurun seperti Libanon saat digunakan oleh pasukan perdamaian PBB.

Kualitasnya sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat ketahananannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang diproduksi di China dan India.


Belum lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru ini mengusung Kanon kaliber 20 mm dan berjenis berjenis IFV (Infantry Fighting Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon Infantri Mekanis.

Dengan demikian, Panser Kanon 90 mm nantinya dikonsentrasikan untuk Batalyon Kavaleri, sementara Panser Kanon 20 mm untuk batalyon. Selain mengusung senjata utama kaliber 20 mm, Panser jenis ini juga mampu menyandang senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm dan mampu menampung lima orang, yang terdiri dari tiga kru Ranpur dan dua personel pasukan.

6. Senapan Pindad diminati Singapura hingga Afrika

Selain Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga banyak dipesan oleh negara luar. PT Pindad mampu memproduksi berbagai jenis senjata antara lain; jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2), senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, dan pelindung tubuh (personal body protection).


Produk-produk yang dihasilkan itu banyak dipesan oleh negara-negara di luar negeri. Di antaranya adalah sebuah jaringan supermarket khusus olahraga berburu, camping, dan memancing bernama Cabelas’s, yang merupakan pembeli terbesar produk-produk buatan Pindad.

Senapan serbu SS-2 merupakan produk langganan negara-negara Afrika seperti Zimbabwe, Mozambik, dan Nigeria. Selain itu, Thailand dan Singapura juga kerap memesan senjata tersebut.

Anak Muda Indonesia Akan Kembangkan Robot Android


Foto: Anak Muda Indonesia Akan Kembangkan Robot Android  

@Ihsan

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komunitas Robot Indonesia, Adiatmo Rahardi, mengatakan, ada lompatan jauh yang akan dibuat anak-anak muda Indonesia dalam satu dasawarsa ke depan. Lompatan itu akan terjadi dalam bidang pembuatan robot yang dikendalikan melalui telepon pintar berbasis Android.

"Pada era open source sekarang, membuat robot yang terkoneksi dengan smartphone Android bukan hal sulit lagi," ujarnya kepada Tempo, Selasa, 26 Maret 2013.

Android adalah sistem operasi yang berbasis Linux untuk telepon pintar dan komputer tablet.

Menurut Adi, robot dikendalikan lewat telepon pintar atau tablet Android melalui koneksi wireless (jaringan nirkabel) 2,4 gigahertz (GHz). Untuk menyambung koneksi, kata dia, seseorang harus membuat robot yang bisa menerima koneksi pada frekuensi tersebut. "Kita harus membuat juga aplikasi Android-nya untuk mengendalikan si robot. Mahasiswa tingkat pertama sekarang bisa membuatnya," katanya.

Robot Android, Adi menambahkan, akan banyak berguna. Contohnya robot yang terbang untuk memantau arus lalu lintas atau robot beroda dilengkapi kamera untuk mengawasi keadaan rumah via Internet. Ia memprediksi, dalam 10 tahun ke depan, anak-anak muda Indonesia sudah ahli membuat tekonologi ini.

"Sekarang sudah banyak stasiun televisi maupun rumah produksi yang menyewa robot terbang quadcopter ke Grup Robot Indonesia untuk keperluan shooting dari udara," kata Adi.

Dalam seminar bertajuk "Polines Weekend Technology (PWT 2013)" di Politeknik Negeri Semarang, Adi mendemokan robot terbang yang dikendalikan melalui telepon pintar Android. Seminar pada Selasa, 26 Maret 2013 ini, dihadiri lebih dari 200 peserta. Seminar ini juga merangkum beberapa kegiatan lain, seperti pameran karya ilmiah, lomba robot, dan seminar "Robo Mobile Controlling".TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komunitas Robot Indonesia, Adiatmo Rahardi, mengatakan, ada lompatan jauh yang akan dibuat anak-anak muda Indonesia dalam satu dasawarsa ke depan. Lompatan itu akan terjadi dalam bidang pembuatan robot yang dikendalikan melalui telepon pintar berbasis Android.

"Pada era open source sekarang, membuat robot yang terkoneksi dengan smartphone Android bukan hal sulit lagi," ujarnya kepada Tempo, Selasa, 26 Maret 2013.

Android adalah sistem operasi yang berbasis Linux untuk telepon pintar dan komputer tablet.

Menurut Adi, robot dikendalikan lewat telepon pintar atau tablet Android melalui koneksi wireless (jaringan nirkabel) 2,4 gigahertz (GHz). Untuk menyambung koneksi, kata dia, seseorang harus membuat robot yang bisa menerima koneksi pada frekuensi tersebut. "Kita harus membuat juga aplikasi Android-nya untuk mengendalikan si robot. Mahasiswa tingkat pertama sekarang bisa membuatnya," katanya.

Robot Android, Adi menambahkan, akan banyak berguna. Contohnya robot yang terbang untuk memantau arus lalu lintas atau robot beroda dilengkapi kamera untuk mengawasi keadaan rumah via Internet. Ia memprediksi, dalam 10 tahun ke depan, anak-anak muda Indonesia sudah ahli membuat tekonologi ini.

"Sekarang sudah banyak stasiun televisi maupun rumah produksi yang menyewa robot terbang quadcopter ke Grup Robot Indonesia untuk keperluan shooting dari udara," kata Adi.

Dalam seminar bertajuk "Polines Weekend Technology (PWT 2013)" di Politeknik Negeri Semarang, Adi mendemokan robot terbang yang dikendalikan melalui telepon pintar Android. Seminar pada Selasa, 26 Maret 2013 ini, dihadiri lebih dari 200 peserta. Seminar ini juga merangkum beberapa kegiatan lain, seperti pameran karya ilmiah, lomba robot, dan seminar "Robo Mobile Controlling".

Mahasiswa Unesa Juarai Lomba Desain Porsche Cayman

Foto: Mahasiswa Unesa Juarai Lomba Desain Porsche Cayman

@Ihsan

JAKARTA • Kontes desain untuk New Porsche Cayman yang diselenggarakan PT Eurokars Artha Utama mencapai puncaknya. M Rois Abidin yang tercatat sebagai mahasiswa Universitas Negeri Surabaya berhasil keluar sebagai pemenang.


 Atas kemenangan ini Rois berhak mendapat hadiah utama berupa perjalan ke Jerman dan berkesempatan mengunjungi Museum Porsche serta pabrik Porsche.

 Pria kelahiran Blitar, 27 September 1988 itu mengatakan desain yang dibuat berdasarkan tema yang telah ditentukan yakni Code of the Curve.

 "Bentukan decal (grafis stiker) diambil dari garis mobilnya itu sendiri," jelas Rois saat dijumpai usai peluncuran New Porsche Cayman di Senayan National Golf, Jakarta, Selasa (19/3/2013).

 Menurutnya, Cayman memiliki garis lekuk yang membentuk curva sangat kuat. Oleh karena itu, mahasiswa yang kini menjalani studi S2 Seni Budaya di UNS ini ingin menguatkan kesan curva pada bodi Cayman agar karakternya kian menonjol.

 Setelah mengetahui kompetisi ini lewat situs jejaring sosial Facebook, dirinya langsung menyiapkan konsep untuk diperlombakan. Rois mengaku hanya membutuhkan waktu selama tiga hari untuk membuat desain decal Cayman.

 Pria yang gemar menggambar sejak kecil ini menilai Cayman sebagai mobil sport premium tidak perlu mendapat decal yang berlebihan. Sebab jika terlalu banyak corak dapat menodai nilai premiumnya.

 "Menurut saya, ini mobil premium jadi kalau diberi lebih banyak decal malah mengurangi nilainya. Makanya saya buat desain yang sederhana," tukasnya.(zwr)


   • OkezoneJAKARTA • Kontes desain untuk New Porsche Cayman yang diselenggarakan PT Eurokars Artha Utama mencapai puncaknya. M Rois Abidin yang tercatat sebagai mahasiswa Universitas Negeri Surabaya berhasil keluar sebagai pemenang.


Atas kemenangan ini Rois berhak mendapat hadiah utama berupa perjalan ke Jerman dan berkesempatan mengunjungi Museum Porsche serta pabrik Porsche.

Pria kelahiran Blitar, 27 September 1988 itu mengatakan desain yang dibuat berdasarkan tema yang telah ditentukan yakni Code of the Curve.

"Bentukan decal (grafis stiker) diambil dari garis mobilnya itu sendiri," jelas Rois saat dijumpai usai peluncuran New Porsche Cayman di Senayan National Golf, Jakarta, Selasa (19/3/2013).

Menurutnya, Cayman memiliki garis lekuk yang membentuk curva sangat kuat. Oleh karena itu, mahasiswa yang kini menjalani studi S2 Seni Budaya di UNS ini ingin menguatkan kesan curva pada bodi Cayman agar karakternya kian menonjol.

Setelah mengetahui kompetisi ini lewat situs jejaring sosial Facebook, dirinya langsung menyiapkan konsep untuk diperlombakan. Rois mengaku hanya membutuhkan waktu selama tiga hari untuk membuat desain decal Cayman.

Pria yang gemar menggambar sejak kecil ini menilai Cayman sebagai mobil sport premium tidak perlu mendapat decal yang berlebihan. Sebab jika terlalu banyak corak dapat menodai nilai premiumnya.

"Menurut saya, ini mobil premium jadi kalau diberi lebih banyak decal malah mengurangi nilainya. Makanya saya buat desain yang sederhana," tukasnya.(zwr).
***sumber: disadur dari okezone