Translate

Jumat, 14 Juni 2013

Kumpulan Kutipan Sang Presiden Pertama

Foto: kumpulan kutipan sang  presiden pertama

like and share 
@endra_071


"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia" .
(Bung Karno)

"Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya".
(Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)

"Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa."
(Soekarno)

"Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun". (Bung Karno)

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya."
(Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri." – Bung Karno
"Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka."

(Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)

"……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……" (Bung Karno)

"Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali ".
(Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno)

"Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat."
(Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno)

"Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : "Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim". " Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya"
(Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)

"Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang."
(Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)

"Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong"
(Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)

"Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, "Kadyo siniram wayu sewindu lawase"
(Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)

"Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali."
(Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)
Foto Pak Soekarno
"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia" .
(Bung Karno)

"Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya".
(Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)

"Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa."
(Soekarno)

"Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun". (Bung Karno)

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya."
(Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri." – Bung Karno
"Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka."

(Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)

"……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……" (Bung Karno)

"Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali ".
(Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno)

"Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat."
(Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno)

"Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : "Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim". " Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya"
(Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)

"Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang."
(Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)

"Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong"
(Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)

"Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, "Kadyo siniram wayu sewindu lawase"
(Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)

"Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali."
(Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno)

Di ASEAN, Cuma RI yang Punya Pesawat Bikinan Sendiri

Jakarta - Pasca mengikuti ASEAN Roadshow 2013, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) memiliki dipandang nilai strategis di mata negara-negara Asia Tenggara. Produsen pesawat satu-satunya di Asia Tenggara dan bermarkas di Bandung Jawa Barat ini, dengan menggandeng European Aeronautic Defence and Space Company (EADS), menawarkan berbagai tipe pesawat terbang.

Asistensi Bidang Kebijakan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Said Didu menjelaskan, pasca mengikuti ASEAN Roadshow pada 22-31 Mei ke 6 negara ASEAN, ada kebanggaan karena Indonesia bisa mendukung pemenuhan kebutuhan pesawat untuk keperluan militer dan sipil.

"Mereka bangga Indonesia itu sudah menjadi poros untuk penyiapan alat misi persenjataan dan pertahanan. Negara negara di sana senang kalau negara ASEAN yang kuat bisa kena ancaman embargo yang sewaktu-waktu sering terjadi. Sehingga dia senang apabila indonesia muncul sebagai produsen produk berteknologi tinggi terutama industri pertahanan," ucap Said Didu kepada detikFinance, Rabu (5/6/2013).

Bahkan dari teknologi pesawat, produk pesawat dari PTDI ini terbilang sangat canggih dan terdepan. Menurutnya untuk kualitas dan harga, produk pesawat dan helikopter RI dapat dikatakan sangat kompetitif. Hal ini yang kemudian menjadi daya tarik bagi negara di kawasan ASEAN.

"Mereka senang karena kalau negara ASEAN ini penggunaan teknologi alutsistanya hampir sama. Ini memudahkan kerjasama pengembangan teknologi, pemeliharaan dan operasional," tambahnya.

Seperti diketahui, dari 22-31 Mei, PTDI bersama Kementerian Pertahanan Indonesia menggelar ASEAN Roadshow ke 6 negara Asia Tenggara. Negara yang dikujungi antara lain Fiipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Myanmar, Thailand, dan Malaysia. Hingga saat ini, pesawat yang diproduksi dan dirakit Dirgantara Indonesia antara lain CN235-220 MPA, CN235-200M, NC212-200, C212-400, NC212i, dan versi terbaru CN295.

7 Negara yang Pernah Merasakan Agresi Militer Indonesia

Siapa bilang Indonesia adalah negara budak yang hanya bisa dijajah dan tak bisa menggempur negara lain. Ternyata Indonesia pernah melakukan invasi ke sejumlah negara. Ini beneran invasi perang dengan tentara lho , bukan penyerbuan TKI ke negeri asing . Ya udah langsung aja deh, ini nih 7 Negara Yang Pernah Diinvasi Indonesia :

1. Timor Leste

Operasi Seroja adalah sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai pada tanggal 7 Desember 1975. Pihak Indonesia menyerbu Timor Timur karena adanya desakan Amerika Serikat dan Australia yang menginginkan agar Fretilin yang berpaham komunisme tidak berkuasa di Timor Timur. Selain itu, serbuan Indonesia ke Timor Timur juga karena adanya kehendak dari sebagian rakyat Timor Timur yang ingin bersatu dengan Indonesia atas alasan etnik dan sejarah.

Angkatan Darat Indonesia mulai menyebrangi perbatasan dekat Atambua tanggal 17 Desember 1975 yang menandai awal Operasi Seroja. Sebelumnya, pesawat-pesawatAngkatan Udara RI sudah kerap menyatroni wilayah Timor Timur dan artileri Indonesia sudah sering menyapu wilayah Timor Timur. Kontak langsung pasukan Infantri dengan Fretilin pertama kali terjadi di Suai, 27 Desember 1975. Pertempuran terdahsyat terjadi di Baucau pada 18-29 September 1976. Walaupun TNI telah berhasil memasuki Dili pada awal Februari 1976, namun banyak pertempuran-pertempuran kecil maupun besar yang terjadi di seluruh pelosok Timor Timur antara Fretilin melawan pasukan TNI. Dalam pertempuran terakhir di Lospalos 1978, Fretilin mengalami kekalahan telak dan 3.000 pasukannya menyerah setelah dikepung oleh TNI berhari-hari. Operasi Seroja berakhir sepenuhnya pada tahun 1978 dengan hasil kekalahan Fretilin dan pengintegrasian Timor Timur ke dalam wilayah NKRI.

Selama operasi ini berlangsung, arus pengungsian warga Timor Timur ke wilayah Indonesia mencapai angka 100.000 orang. Korban berjatuhan dari pihak militer dan sipil. Warga sipil banyak digunakan sebagai tameng hidup oleh Fretilin sehingga korban yang berjatuhan dari sipil pun cukup banyak. Pihak Indonesia juga dituding sering melakukan pembantaian pada anggota Fretilin yang tertangkap selama Operasi Seroja berlangsung.


2. Papua Barat

Operasi Trikora, juga disebut Pembebasan Irian Barat, adalah konflik 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno (Presiden Indonesia) mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.

Pertempuran Laut Aru pecah pada tanggal 15 Januari 1962, ketika 3 kapal milik Indonesia yaitu KRI Macan Kumbang, KRI Macan Tutul yang membawa Komodor Yos Sudarso, dan KRI Harimau yang dinaiki Kolonel Sudomo, Kolonel Mursyid, dan Kapten Tondomulyo, berpatroli pada posisi 4°49' LS dan 135°02' BT. Menjelang pukul 21:00 WIT, Kolonel Mursyid melihat tanda di radar bahwa di depan lintasan 3 kapal itu, terdapat 2 kapal di sebelah kanan dan sebelah kiri. Tanda itu tidak bergerak, dimana berarti kapal itu sedang berhenti. Ketika 3 KRI melanjutkan laju mereka, tiba-tiba suara pesawat jenis Neptune yang sedang mendekat terdengar dan menghujani KRI itu dengan bom dan peluru yang tergantung pada parasut. Kapal Belanda menembakan tembakan peringatan yang jatuh di dekat KRI Harimau.

Kolonel Sudomo memerintahkan untuk memberikan tembakan balasan, namun tidak mengenai sasaran. Akhirnya, Yos Sudarso memerintahkan untuk mundur, namun kendali KRI Macan Tutul macet, sehingga kapal itu terus membelok ke kanan. Kapal Belanda mengira itu merupakan manuver berputar untuk menyerang, sehingga kapal itu langsung menembaki KRI Macan Tutul. Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, "Kobarkan semangat pertempuran".

Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Mayjen Soeharto melakukan operasi infiltrasi udara dengan menerjunkan penerbang menembus radar Belanda. Mereka diterjunkan di daerah pedalaman Papua bagian barat. Penerjunan tersebut menggunakan pesawat angkut Indonesia, namun operasi ini hanya mengandalkan faktor pendadakan, sehingga operasi ini dilakukan pada malam hari. TNI Angkatan Laut kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia. Lebih dari 100 kapal perang dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi tersebut.

Karena kekhawatiran bahwa pihak komunis akan mengambil keuntungan dalam konfik ini, Amerika Serikat mendesak Belanda untuk berunding dengan Indonesia. Karena usaha ini, tercapailah persetujuan New York pada tanggal 15 Agustus 1962. Pemerintah Australia yang awalnya mendukung kemerdekaan Papua, juga mengubah pendiriannya, dan mendukung penggabungan dengan Indonesia atas desakan AS.


3. Malaysia

Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase. Tanggal 3 Mei 1963 di sebuah rapat raksasa yang digelar di Jakarta, Presiden Sukarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang isinya: Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia, Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk menghancurkan Malaysia

Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tentera Laut DiRaja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan Malaysia. Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia. Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service(SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan Indonesia tewas dan 200 pasukan Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan (Majalah Angkasa Edisi 2006).

Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja dan Selandia Baru dan menumpas juga Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.

Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap. Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965. Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 28 Juni, mereka menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Sabah dan berhadapan dengan Resimen Askar Melayu Di Raja dan Kepolisian North Borneo Armed Constabulary.

Pada 1 Juli 1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 orang melabrak pangkalan Angkatan Laut Malaysia di Semporna. Serangan dan pengepungan terus dilakukan hingga 8 September namun gagal. Peristiwa ini dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari" oleh warga Malaysia. Menjelang akhir 1965, Jendral Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya G30S. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda.

Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian.


4. Malaka

Sejak tahun 1509, Pati Unus, raja Demak, sudah merancang rencana untuk menguasai Malaka. Saat itu Malaka berada di bawah kekuasaan Kesultanan Malaka. Dengan kata lain, perlu dicatat bahwa serangan Demak ke Malaka jelas bukanlah sebuah serangan anti-kekuasaan asing, tetapi sebuah invasi imperialis. Tahun 1511, Alfonso D'Alburquerque, Laksamana armada Portugis, mendahului Pati Unus dengan menaklukkan Malaka. Sultan Malaka Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan.

Pati Unus sangat mengerti bahwa kekuatan utama Portugis adalah pada armada lautnya. Portugis memiliki kapal yang kuat, bahkan lebih kuat dibandingkan dengan kapal Majapahit. Selain itu, Portugis sudah menggunakan meriam yang dipasang di masing - masing kapal di mana pada waktu itu meriam adalah senjata pamungkas yang tidak bisa ditandingi oleh senjata apapun.

Oleh karena itu, langkah pertama Pati Unus adalah menghidupkan kembali kekuatan armada Majapahit yang tertidur lama pada saat masa - masa perebutan kekuasaan. Kapal - kapal baru tersebut juga dilengkapi dengan Cetbang, yaitu meriam api, di mana kapal dan cetbang juga merupakan kekuatan andalan Armada Majapahit. Pusat produksi kapal-kapal ini adalah Semarang, gerbang masuk Demak, dengan bantuan orang-orang Tionghoa lokal.

Selanjutnya Pati Unus menghimpun kekuatan - kekuatan nusantara untuk membentuk armada gabungan dengan satu tujuan, mengusir Portugis dari Malaka. Ia juga meminta bantuan orang-orang Jawa yang ada di Malaya untuk jadi agen dalam di Malaka. Tetapi ternyata, ketika Pati Unus terlanjur berangkat ke Malaka,orang-orang Jawa ini terlanjur dipergoki Portugis dan melarikan diri ke Cirebon. Pati Unus pun bertempur tanpa bantuan mata-mata dan agen dalam - kapal-kapalnya dengan mudah diremuk meriam-meriam yang ditodongkan ke laut di Benteng Portugis di Malaka.


5. Singapura

Usman lahir di Purbalingga, Banyumas, Jawa Tengah (1943). Harun lahir di P Bawean, Surabaya (1947). Kedua-duanya nama samaran untuk tugas sebagai sukarelawan menyusup ke Singapura, melakukan tugas sabotase dalam rangka Dwikora (Dwi Komando Rakyat). Pada waktu itu RI terlibat konfrontasi dengan Malaysia dan Singapura. Usman dan Harun tergabung dalam tim sabotir. Pada 8 Maret 1965 malam, berbekal 12,5 kg bahan peledak mereka bertolak dengan perahu karet dari P Sambu. Mereka dapat menentukan sendiri sasaran yang dikehendaki.
Maka setelah melakukan serangkaian pengintaian, pada suatu tengah malam terjadi ledakan di sebuah bangunan Mc Donald di Orchard Road. Tiga orang tewas dan sejumlah lainnya luka.

Dalam upaya kembali ke pangkalan, Usman bersama Harun pisah dengan Gani.
Baru pada 13 Maret pagi, setelah berhasil merampas sebuah motorboat, Usman dan Harun dalam perjalanan pulang. Tapi boat macet di perjalanan. Mereka takdapat menghindar dari sergapan patroli.

Pada 4 Oktober , Usman dan Harun diadili. Dijatuhi hukuman mati pada 20 Oktober 1965. Banding diajukan pada 6 Juni 1966, ditolak 5 Oktober 1966. Diajukan lagi pada 17 Februari 1967 ke Privy Council di London, tapi tetap ditolak (21 Mei 1968). Kemudian permohonan grasi diajukan kepada Presiden Singapura Jusuf bin Ishak (1 Juni 1968).

Sementara itu pada 4 Mei 1968, Menlu Adam Malik melalui Menlu Singapura membantu upaya KBRI memperoleh pengampunan atau setidak-tidaknya memperingan hukuman kedua sukarelawan.

Pada 10 Oktober 1968, Menlu Singapura menyatakan bahwa permohonan grasi ditolak. Pada 10 Oktober 1968, Atase AL Letkol Gani Djemat SH yang dipanggil ke Jakarta dan kembali ke Singapura membawa surat Presiden Soeharto untuk Presiden dan PM Singapura. Tapi gagal menyerahkan surat-surat itu langsung kepada yang bersangkutan.
Presiden Singapura sedang sakit. PM Lee Kwan Yew tak dapat dihubungi karena sibuk mempersiapkan keberangkatan ke Tokyo.


6. Indochina (Kamboja dan Vietnam)


7. Siam (Thailand)

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan invasi dan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina.

Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

Negara-negara Yang Mengagumi Sosok Soekarno

Kami Bangga padamu Ir. Soekarno!
Jokowi kembali membuat gebrakan baru untuk Jakarta. Kali ini Jokowi berniat akan memberi nama jalan baru di Jakarta dengan nama proklamator, Ir. Soekarno. Mantan wali kota Solo ini mengaku telah merencanakan penamaan ini sejak 1 minggu lalu. Bukan tanpa alasan Jokowi memberi nama 'Ir.Soekarno' pada jalan yang akan dibangunnya ini. Sosok Soekarno dinilai punya tempat di hati rakyat Indonesia.
"Bung Karno, masa saya harus bilang, semua warga tahu, karena Bung Karno proklamator," jelasnya
Jokowi.

Ironinya, tak ada nama jalan Ir. Soekarno di Indonesia. Soekarno selalu dipasangkan dengan Mohammad Hatta sebagai dwitunggal. Karena itu namanya selalu Jalan Soekarno-Hatta. Bandara Internasional Cengkareng pun diberi nama Soekarno-Hatta.

Tercatat ada beberapa negara yang mengabadikan nama Soekarno sebagai nama jalan. Negara-negara ini menganggap Soekarno punya andil besar bagi bangsa mereka. Berikut adalah negara tersebut.

1. Mesir
 
Pribadi Soekarno begitu membekas di hati Presiden Mesir kala itu Gamal Abdul Naseer. Puncaknya ketika Konferensi Asia Afrika, keduanya semakin dekat. Berkat aktifnya Soekarno dalam lembaga perdamaian ini, nama Soekarno pun dibubuhkan untuk jalan di Mesir. Letaknya bersebelahan dengan Jalan Sudan, Daerah Kit-Kat Agouza Geiza. Uniknya, nama jalan ini menjadi Ahmed Soekarno. Tujuannya tak lain, untuk membuktikan bahwa Presiden pertama Indonesia ini beragama Islam.

2. Maroko

Berkat peran aktifnya di Konferensi Asia Afrika, lagi-lagi Soekarno mendapatkan penghargaan dari tanah Afrika. Selain Mesir, Maroko juga menjadi negara yang mengabadikan nama Soekarno menjadi jalan di Rabat, Maroko. Bahkan jalan ini langsung diresmikan sendiri oleh Soekarno bersama dengan Raja Muhammad V pada 2 Mei 1960. Semula jalan ini bernama Sharia Al-Rais Ahmed Soekarno namun sekarang dikenal dengan Rue Sukarno.

3. Pakistan

Hubungan Pakistan dan Indonesia amat dekat saat Orde Lama. Saat itu Soekarno berjasa pada Pakistan dengan mengirimkan TNI untuk membantu pengamanan Pakistan saat berperang melawan India.? Sebaliknya, pada saat konfrontasi militer Indonesia-Belanda, dikomandoi Quaid Azzam Ali Jinnah, tentara Pakistan mampu menahan pesawat Belanda yang saat itu singgah di Pakistan. Berkat peristiwa-peristiwa tersebut,Pakistan pun mengabadikan nama Soekarno di dua tempat penting di Pakistan yakni Soekarno Square Khyber Bazar di Peshawar, dan Soekarno Bazar, di Lahore.

4. Rusia

Umat muslim di Rusia memang patut berterima kasih pada Soekarno. Berkat pembicaraan Soekarno dengan Presiden Nikita Kruschev, gudang senjata di St Petersburgh kembali ke fungsi awalnya yakni masjid. Hal ini tentukah bukan kebetulan, Soekarno yang kala itu mengunjungi St. Petersburgh melihat masjid biru di St. Petersburgh telah berubah fungsi menjadi gudang senjata. Prihatin, Soekarno pun lantas membicarakan masalah ini ditengah pembicaraan bilateral dengan Rusia. Tak disangka kabar gembira pun menghampiri Soekarno, meski saat itu berstatus sebagai negara komunis nyatanya Rusia pun memperhatikan saran Soekarno dan mengembalikan fungsi tempat ini menjadi masjid.

Senin, 08 April 2013

Ekuador Siapkan Sumur Minyak Untuk Indonesia

Foto: Ekuador Siapkan Sumur Minyak Untuk Indonesia

@Ihsan

TRIBUNNEWS.COM, EKUADOR - Duta Besar Indonesia untuk Ekuador, Saut Maruli Tua Gultom berharap pengusaha Indonesia tidak ragu berinvestasi di Ekuador.

Sebab, saat ini kondisi Ekuador cukup kondusif dari berbagai aspek dan juga adanya payung hukum yang melindungi hubungan kedua negara. Termasuk dalam bidang ekonomi, yang bisa sangat menguntungkan para investor.

“Kami harap pengusaha Indonesia tidak ragu melakukan kegiatan usaha atau berinvestasi di Ekuador. Kerja sama kedua negara telah memiliki payung hukum termasuk dalam bidang ekonomi, tentu menjamin investasi warga negara Indonesia di Ekuador,” ujar Saut, Rabu (26/3).

Saat ini, Ekuador secara resmi menggunakan mata uang dollar AS sebagai alat tukar resmi memudahkan kegiatan transaksi bisnis.

”Isolasi terhadap Ekuador oleh negara-negara barat seperti AS dan negara-negara Eropa membuat Ekuador giat membangun kerja sama dengan Asia termasuk Indonesia," paparnya.

Menurut Saut, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Quito, Ecuador memiliki data dan informasi mengenai daftar investasi yang dibutuhkan. Baik di bidang pertambangan minyak dan gas, konstruksi, pertanian dan lain sebagainya.

“Presidennya yang doktor di bidang ekonomi dan masih aktif mengajar di Universitas di Ekuador akan menyakinkan para investor untuk berinvestasi. Ekuador sangat mengharapkan Indonesia bisa berinvestasi," tambahnya.

Khusus mengenai investasi di bidang perminyakan, Saut menjelaskan hal itu akan ditingkatkan dengan kerja sama antar Petro Ecuador dan Pertamina serta konsorsium perusahaan-perusahaan minyak di Indonesia.

”Indonesia sebelumnya pernah berupaya untuk bisa mendapatkan minyak dari Venezuela namun ditolak. Lalu, kenapa tidak dikembangkan dengan Ekuador saja, toh mereka juga berharap pada kita,” tegasnya.

Ekuador, telah memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi sebuah sumur minyak yang telah beroperasi. Indonesia diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi sebanyak 25 ribu barel dan cadangan minyak di sumur tersebut berjumlah 2 juta barel.

"Mereka hanya ingin kita menyuntikkan dana modal eksplorasi dan tenaga ahli di bidang perminyakan. Kita akan diberikan sumur yang sudah beroperasi dan tidak harus mencari sumur baru,” ujar Saut.

Penulis: Rachmat Hidayat  |  Editor: sanusi TRIBUNNEWS.COM, EKUADOR - Duta Besar Indonesia untuk Ekuador, Saut Maruli Tua Gultom berharap pengusaha Indonesia tidak ragu berinvestasi di Ekuador.

Sebab, saat ini kondisi Ekuador cukup kondusif dari berbagai aspek dan juga adanya payung hukum yang melindungi hubungan kedua negara. Termasuk dalam bidang ekonomi, yang bisa sangat menguntungkan para investor.

“Kami harap pengusaha Indonesia tidak ragu melakukan kegiatan usaha atau berinvestasi di Ekuador. Kerja sama kedua negara telah memiliki payung hukum termasuk dalam bidang ekonomi, tentu menjamin investasi warga negara Indonesia di Ekuador,” ujar Saut, Rabu (26/3).

Saat ini, Ekuador secara resmi menggunakan mata uang dollar AS sebagai alat tukar resmi memudahkan kegiatan transaksi bisnis.

”Isolasi terhadap Ekuador oleh negara-negara barat seperti AS dan negara-negara Eropa membuat Ekuador giat membangun kerja sama dengan Asia termasuk Indonesia," paparnya.

Menurut Saut, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Quito, Ecuador memiliki data dan informasi mengenai daftar investasi yang dibutuhkan. Baik di bidang pertambangan minyak dan gas, konstruksi, pertanian dan lain sebagainya.

“Presidennya yang doktor di bidang ekonomi dan masih aktif mengajar di Universitas di Ekuador akan menyakinkan para investor untuk berinvestasi. Ekuador sangat mengharapkan Indonesia bisa berinvestasi," tambahnya.

Khusus mengenai investasi di bidang perminyakan, Saut menjelaskan hal itu akan ditingkatkan dengan kerja sama antar Petro Ecuador dan Pertamina serta konsorsium perusahaan-perusahaan minyak di Indonesia.

”Indonesia sebelumnya pernah berupaya untuk bisa mendapatkan minyak dari Venezuela namun ditolak. Lalu, kenapa tidak dikembangkan dengan Ekuador saja, toh mereka juga berharap pada kita,” tegasnya.

Ekuador, telah memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi sebuah sumur minyak yang telah beroperasi. Indonesia diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi sebanyak 25 ribu barel dan cadangan minyak di sumur tersebut berjumlah 2 juta barel.

"Mereka hanya ingin kita menyuntikkan dana modal eksplorasi dan tenaga ahli di bidang perminyakan. Kita akan diberikan sumur yang sudah beroperasi dan tidak harus mencari sumur baru,” ujar Saut.

Jumat, 05 April 2013

Indonesia Beli Teknologi Panser Dari Belarusia

Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Belarusia sepakat untuk mengadakan kerjasama di bidang pertahanan. Salah satu poin penting dalam isi perjanjian yang tercantum dalam MoU yang ditandatangani kedua negara adalah pembelian teknologi militer dari Belarusia.

Menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, pembelian teknologi pertahanan itu sangat penting bagi pengembangan Armored Personnel Carrier (APC) jenis Anoa. dengan peralatan baru, kendaraan taktis buatan PT Pindad itu bisa dijalankan secara otomatis.

"Mereka hanya produsen untuk alat-alat tembak aja. Indonesia beli remote controle-nya. Jadi ada permintaan Malaysia untuk beli lebih banyak lagi Anoa. Mereka minta untuk joint komite bersama. Jadi di samping yang untuk APC, untuk Pindad itu, untuk panser yang 6 x 6, juga nanti Pindad juga akan kerjasama untuk anti tank," ungkap Purnomo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (19/3).

Selain menjual peralatan perang, Belarus juga mengajak pemerintah Indonesia untuk melakukan produksi bersama. Ada tiga komponen yang dikerjasamakan, yakni tank carrier, anti tank guide mission, dan remote weapon control system.

"Jadi nilai tambah untuk kita, kita bisa buka lapangan kerja, investasi bersama," tandasnya.

***Sumber : Merdeka

Sempat Ditinggal Murid Indonesia yang Anti-Soeharto Octav Dirgantara Setiadji, Pendiri Sasana Silat di Berlin, Jerman

Foto: Sempat Ditinggal Murid Indonesia yang Anti-Soeharto
Octav Dirgantara Setiadji, Pendiri Sasana Silat di Berlin, Jerman
 
@Ihsan

Bela diri pencak silat ternyata sudah mendunia. Buktinya, kini ada di mana-mana. Salah satunya di Berlin, Jerman. Lewat Sigepi (Silat Gerakan Pilihan) Institute, pencak silat cukup diminati warga setempat. Berikut catatan wartawan M SALSABYL A DN yang belum lama ini menemui pendiri Sigepi, Octav Dirgantara Setiadji, di Berlin.
 
CUACA Berlin malam itu (6/3) cukup membuat Octav Dirgantara Setiadji kedinginan. Meski sudah 30 tahun lebih tinggal di Jerman, Octav tetap tidak mampu menahan hawa dingin. Setelah memarkir kendaraannya di kawasan gedung daerah Rheinstrasse, pria paruh baya itu buru-buru memasuki lift besar dari besi. Terlihat seperti orangtua pada umumnya.

Namun, suasana berbeda terlihat saat dia tiba di sebuah ruangan di lantai dua. Badannya yang awalnya agak membungkuk, sedikit membusung ketika memasuki ruangan itu.

Di sana, ruangan seperti front office pada umumnya dengan meja counter dan beberapa kursi dan meja bundar. Di dinding ruangan, banyak foto-foto di masa lalu, terlihat badan pria yang kerap dipanggil Meister (bahasa Jerman untuk master atau maestro) ini masih tegap memperagakan gerakan silat. Di potret-potret tersebut banyak pula sosok orang asing yang juga mengenakan baju silat.

Belum sempat diwawancara, Octav sudah langsung duduk di komputer dan membuka internet browser.

“Ini yang saya bicarakan tadi. Yang ini video youtube ujian Sigepi. Tuh, banyak orangnya kan? Itu semua murid saya dari seluruh tempat datang. Kami juga punya Facebook. Pokoknya, dengan internet, komunikasi jadi lebih mudah,” ujarnya sambil terus membuka tautan-tautan yang ada di website resmi Sigepi Institut.

Tak lama kemudian, seorang perempuan tinggi memasuki ruangan. Melihat sosok Octav, dia langsung mendekat ke counter. Perempuan berambut cokelat itu langsung memberi salam.

Tentu saja, salam yang dilakukan adalah membungkuk dengan telapak tangan kanan di tengah dada seperti tapa. Khas salam dari orang bela diri Indonesia. Sapaan tersebut disambut Octav dengan jabatan tangan dan ciuman pipi ke pipi.

Setelah itu, murid-murid yang lain terus berdatangan dengan memperagakan salam yang sama.

“Di sini memang saya terapkan tata cara Indonesia. Mereka boleh melakukan apa saja di luar. Tapi kalau di sini, mereka diharapkan bersikap seperti seorang yang belajar pencak silat,” ujar pria yang baru ditinggal mendiang istri tahun lalu.

Tepatnya jam 18.30, tiga belas murid langsung masuk ke ruangan latihan di sebelah.

Dimulai dengan berlari, gerakan meregangkan otot, hingga gerakan umum pencak silat seperti salto dan tendangan. Setelah puas melakukan pemanasan, orang-orang tersebut langsung menyalakan musik dengan irama gendang yang khas. Musik tersebut adalah gendang pencak dari Jawa Barat.

Dari ruangan depan, Octav hanya berdiri melihat murid-muridnya latihan.

Dia mengaku memang sudah jarang melatih. Sejak beberapa tahun lalu, tanggung jawab melatih sudah diberikan kepada murid-murid.

“Mereka semua sudah bisa mengajar karena sudah banyak pengalaman. Pelatih di sini harus lama menekuni pencak silat. Ada yang sudah 15 tahun belajar pencak silat,” jelasnya.

Dari ucapan tersebut, sudah jelas bahwa perjalanan hidup Octav di Berlin bukan hal sekejap. Oktav sudah hijrah ke Jerman sejak tahun 1980.

Waktu itu, dia sudah malang melintang di dunia persilatan Indonesia. Bahkan, bakatnya dalam seni bela diri pernah menggiringnya menjadi fighting director untuk film laga di tahun 70-an.

“Kalau boleh dikatakan, saya adalah fighting director pertama di Indonesia. Karena sebelum waktu saya, kebanyakan film masih drama,” imbuh pria yang mulai belajar bela diri di Perisai Diri ini.

Sayangnya, kinerja perfilman di akhir 70-an semakin menurun. Octav pun berpikir untuk mencari peluang baru. Saat itu, dia bertemu dengan teman sekaligus mantan murid yang bekerja di Jerman. Ide gila untuk mengajar pencak silat di Jerman pun tercetus.

Niat itu rupanya didukung oleh temannya. Alhasil dengan tekad bulat, Octav meninggalkan istri dan empat anak untuk mengejar karier di Jerman.

“Pertama kali saya ke sini (Berlin, Red), saya tak tahu harus bagaimana. Jangankan pencak silat, Indonesia saja sama sekali belum dikenal waktu itu. Saya sampai harus mendapatkan mosi dari teman-teman saya agar pemerintah Jerman mengizinkan saya bekerja,” ceritanya.

Untungnya, pekerjaan Octav menjadi mudah setelah mendapat perizinan. Dia ingat, kelas pertama tempat dia mengajar ada di sekolah bela diri Jepang bernama Budokan Sportschule. Waktu itu dia menerima sekitar 60 murid.

“Setelah itu saya menjadi guru di sekolah lain. Misalnya, Randori Sportschule dan Berd Grossmann Sportschule,” jelasnya.

Namun, bukan berarti hidup Octav menjadi mudah. Secara finansial mungkin. Tapi, kerinduan pria itu kepada istri dan keempat anaknya itu sulit terbendung.

“Dua tahun saya harus sendiri. Karena saya bukan diplomat, saya tidak boleh mengajak keluarga. Tapi, konsulat Berlin akhirnya memberi saya pekerjaan. Jadi saya kerja sebagai pegawai konsulat Indonesia sekaligus guru silat. Keluarga pun akhirnya ikut pindah ke Berlin,” ujarnya.

Kehidupan tersebut terus dijalani hingga Octav memutuskan untuk mendirikan Sigepi Institut pada tahun 2011. Saat itu, Octav yang baru pensiun langsung menghabiskan lebih dari EUR 70.000 (Rp 912 juta) untuk menyewa satu flat seluas 400 meter persegi.

“Saya sempat berhutang EUR 14 ribu (182 juta) tahun lalu karena siswanya hanya 40 saja. Tapi sekarang sudah ada sekitar 150 murid sehingga seimbang dengan beban sewa saya,” ujarnya.

Ketika ditanya apakah bangga, jawaban pria dengan delapan cucu ini sedikit nyeleneh. Menjadi guru pencak silat dari bule-bule justru membikin Octav merasa miris. Sebab, orang berdarah Indonesia yang minat belajar pencak silat justru sedikit.

“Dari semua murid saya, 98 persen adalah orang asing. Sedangkan orang Indonesia tak sampai sepuluh,” ceritanya.

Padahal, warga negara Indonesia yang berdomisili di Berlin tak bisa dikatakan sedikit. Maklum, Berlin merupakan salah satu tujuan utama dari para mahasiswa atau orang yang mencari pekerjaan.

“Tapi orang yang tinggal di sini justru memilih bela diri lain. Seperti, Taekwondo. Padahal, mereka juga tahu kalau di sini ada tempat latihan Pencak Silat,” ujarnya.

Sebenarnya, lanjut dia, pernah ada saat murid Indonesia lebih banyak dari penduduk Berlin. Tepatnya, saat pertama dia mengajar pada 1980.

Saat itu, bule yang ikut belajar silat hanya 3-5 orang. Sisanya, mahasiswa Indonesia yang belajar di kota tersebut.

“Tapi, mereka akhirnya berhenti saat tahu saya kerja di kedutaan. Soalnya, waktu itu mahasiswa anti-pemerintah Soeharto. Dan sejak itu, belum pernah lagi saya punya murid Indonesia yang banyak,” ungkapnya.

Tapi, dia tak sepenuhnya menyalahkan orang-orang itu. Menurutnya, Pencak Silat juga harus menghilangkan beberapa hal-hal lama. Misalnya, pendekar silat yang akrab dengan kumis dan wajah garang.

Atau, gambaran tukang silat yang suka mencari gara-gara.

“Sekarang zamannya sudah berbeda. Orang-orang sekarang ingin belajar bela diri untuk kesehatan. Bukan untuk tarung,” ucapnya.

Hal itu terbukti selama dia mengajar silat di Berlin. Meski mendapat banyak murid, tak semua ilmu yang dimiliki oleh Octav mau diterima oleh muridnya.

“Saya ini pertama kali belajar Perisai Diri. Meski pernapasan, tapi kesannya sedikit mistis. Tapi murid saya nggak ada yang mau belajar itu,” jelasnya. (bil/jpnn/che/k1)Bela diri pencak silat ternyata sudah mendunia. Buktinya, kini ada di mana-mana. Salah satunya di Berlin, Jerman. Lewat Sigepi (Silat Gerakan Pilihan) Institute, pencak silat cukup diminati warga setempat. Berikut catatan wartawan M SALSABYL A DN yang belum lama ini menemui pendiri Sigepi, Octav Dirgantara Setiadji, di Berlin.

CUACA Berlin malam itu (6/3) cukup membuat Octav Dirgantara Setiadji kedinginan. Meski sudah 30 tahun lebih tinggal di Jerman, Octav tetap tidak mampu menahan hawa dingin. Setelah memarkir kendaraannya di kawasan gedung daerah Rheinstrasse, pria paruh baya itu buru-buru memasuki lift besar dari besi. Terlihat seperti orangtua pada umumnya.

Namun, suasana berbeda terlihat saat dia tiba di sebuah ruangan di lantai dua. Badannya yang awalnya agak membungkuk, sedikit membusung ketika memasuki ruangan itu.

Di sana, ruangan seperti front office pada umumnya dengan meja counter dan beberapa kursi dan meja bundar. Di dinding ruangan, banyak foto-foto di masa lalu, terlihat badan pria yang kerap dipanggil Meister (bahasa Jerman untuk master atau maestro) ini masih tegap memperagakan gerakan silat. Di potret-potret tersebut banyak pula sosok orang asing yang juga mengenakan baju silat.

Belum sempat diwawancara, Octav sudah langsung duduk di komputer dan membuka internet browser.

“Ini yang saya bicarakan tadi. Yang ini video youtube ujian Sigepi. Tuh, banyak orangnya kan? Itu semua murid saya dari seluruh tempat datang. Kami juga punya Facebook. Pokoknya, dengan internet, komunikasi jadi lebih mudah,” ujarnya sambil terus membuka tautan-tautan yang ada di website resmi Sigepi Institut.

Tak lama kemudian, seorang perempuan tinggi memasuki ruangan. Melihat sosok Octav, dia langsung mendekat ke counter. Perempuan berambut cokelat itu langsung memberi salam.

Tentu saja, salam yang dilakukan adalah membungkuk dengan telapak tangan kanan di tengah dada seperti tapa. Khas salam dari orang bela diri Indonesia. Sapaan tersebut disambut Octav dengan jabatan tangan dan ciuman pipi ke pipi.

Setelah itu, murid-murid yang lain terus berdatangan dengan memperagakan salam yang sama.

“Di sini memang saya terapkan tata cara Indonesia. Mereka boleh melakukan apa saja di luar. Tapi kalau di sini, mereka diharapkan bersikap seperti seorang yang belajar pencak silat,” ujar pria yang baru ditinggal mendiang istri tahun lalu.

Tepatnya jam 18.30, tiga belas murid langsung masuk ke ruangan latihan di sebelah.

Dimulai dengan berlari, gerakan meregangkan otot, hingga gerakan umum pencak silat seperti salto dan tendangan. Setelah puas melakukan pemanasan, orang-orang tersebut langsung menyalakan musik dengan irama gendang yang khas. Musik tersebut adalah gendang pencak dari Jawa Barat.

Dari ruangan depan, Octav hanya berdiri melihat murid-muridnya latihan.

Dia mengaku memang sudah jarang melatih. Sejak beberapa tahun lalu, tanggung jawab melatih sudah diberikan kepada murid-murid.

“Mereka semua sudah bisa mengajar karena sudah banyak pengalaman. Pelatih di sini harus lama menekuni pencak silat. Ada yang sudah 15 tahun belajar pencak silat,” jelasnya.

Dari ucapan tersebut, sudah jelas bahwa perjalanan hidup Octav di Berlin bukan hal sekejap. Oktav sudah hijrah ke Jerman sejak tahun 1980.

Waktu itu, dia sudah malang melintang di dunia persilatan Indonesia. Bahkan, bakatnya dalam seni bela diri pernah menggiringnya menjadi fighting director untuk film laga di tahun 70-an.

“Kalau boleh dikatakan, saya adalah fighting director pertama di Indonesia. Karena sebelum waktu saya, kebanyakan film masih drama,” imbuh pria yang mulai belajar bela diri di Perisai Diri ini.

Sayangnya, kinerja perfilman di akhir 70-an semakin menurun. Octav pun berpikir untuk mencari peluang baru. Saat itu, dia bertemu dengan teman sekaligus mantan murid yang bekerja di Jerman. Ide gila untuk mengajar pencak silat di Jerman pun tercetus.

Niat itu rupanya didukung oleh temannya. Alhasil dengan tekad bulat, Octav meninggalkan istri dan empat anak untuk mengejar karier di Jerman.

“Pertama kali saya ke sini (Berlin, Red), saya tak tahu harus bagaimana. Jangankan pencak silat, Indonesia saja sama sekali belum dikenal waktu itu. Saya sampai harus mendapatkan mosi dari teman-teman saya agar pemerintah Jerman mengizinkan saya bekerja,” ceritanya.

Untungnya, pekerjaan Octav menjadi mudah setelah mendapat perizinan. Dia ingat, kelas pertama tempat dia mengajar ada di sekolah bela diri Jepang bernama Budokan Sportschule. Waktu itu dia menerima sekitar 60 murid.

“Setelah itu saya menjadi guru di sekolah lain. Misalnya, Randori Sportschule dan Berd Grossmann Sportschule,” jelasnya.

Namun, bukan berarti hidup Octav menjadi mudah. Secara finansial mungkin. Tapi, kerinduan pria itu kepada istri dan keempat anaknya itu sulit terbendung.

“Dua tahun saya harus sendiri. Karena saya bukan diplomat, saya tidak boleh mengajak keluarga. Tapi, konsulat Berlin akhirnya memberi saya pekerjaan. Jadi saya kerja sebagai pegawai konsulat Indonesia sekaligus guru silat. Keluarga pun akhirnya ikut pindah ke Berlin,” ujarnya.

Kehidupan tersebut terus dijalani hingga Octav memutuskan untuk mendirikan Sigepi Institut pada tahun 2011. Saat itu, Octav yang baru pensiun langsung menghabiskan lebih dari EUR 70.000 (Rp 912 juta) untuk menyewa satu flat seluas 400 meter persegi.

“Saya sempat berhutang EUR 14 ribu (182 juta) tahun lalu karena siswanya hanya 40 saja. Tapi sekarang sudah ada sekitar 150 murid sehingga seimbang dengan beban sewa saya,” ujarnya.

Ketika ditanya apakah bangga, jawaban pria dengan delapan cucu ini sedikit nyeleneh. Menjadi guru pencak silat dari bule-bule justru membikin Octav merasa miris. Sebab, orang berdarah Indonesia yang minat belajar pencak silat justru sedikit.

“Dari semua murid saya, 98 persen adalah orang asing. Sedangkan orang Indonesia tak sampai sepuluh,” ceritanya.

Padahal, warga negara Indonesia yang berdomisili di Berlin tak bisa dikatakan sedikit. Maklum, Berlin merupakan salah satu tujuan utama dari para mahasiswa atau orang yang mencari pekerjaan.

“Tapi orang yang tinggal di sini justru memilih bela diri lain. Seperti, Taekwondo. Padahal, mereka juga tahu kalau di sini ada tempat latihan Pencak Silat,” ujarnya.

Sebenarnya, lanjut dia, pernah ada saat murid Indonesia lebih banyak dari penduduk Berlin. Tepatnya, saat pertama dia mengajar pada 1980.

Saat itu, bule yang ikut belajar silat hanya 3-5 orang. Sisanya, mahasiswa Indonesia yang belajar di kota tersebut.

“Tapi, mereka akhirnya berhenti saat tahu saya kerja di kedutaan. Soalnya, waktu itu mahasiswa anti-pemerintah Soeharto. Dan sejak itu, belum pernah lagi saya punya murid Indonesia yang banyak,” ungkapnya.

Tapi, dia tak sepenuhnya menyalahkan orang-orang itu. Menurutnya, Pencak Silat juga harus menghilangkan beberapa hal-hal lama. Misalnya, pendekar silat yang akrab dengan kumis dan wajah garang.

Atau, gambaran tukang silat yang suka mencari gara-gara.

“Sekarang zamannya sudah berbeda. Orang-orang sekarang ingin belajar bela diri untuk kesehatan. Bukan untuk tarung,” ucapnya.

Hal itu terbukti selama dia mengajar silat di Berlin. Meski mendapat banyak murid, tak semua ilmu yang dimiliki oleh Octav mau diterima oleh muridnya.

“Saya ini pertama kali belajar Perisai Diri. Meski pernapasan, tapi kesannya sedikit mistis. Tapi murid saya nggak ada yang mau belajar itu,” jelasnya. (bil/jpnn/che/k1)