|
Foto Bung Karno |
Perintah pertama Soekarno sebagai Presiden
Sosok Soekarno punya seribu cerita unik yang mengundang senyum.
Kira-kira apa perintah pertama Presiden Soekarno saat menjadi Presiden?
Sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945,
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersidang. Mereka
menetapkan Soekarno sebagai Presiden RI pertama dan Mohammad Hatta
sebagai wakil presiden RI.
Tidak ada debat sengit dalam sidang
di Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon itu. Sederhana saja, PPKI
memilih Soekarno sebagai presiden. Berbeda sekali dengan sidang
paripurna di DPR yang penuh keriuhan, protes serta gontok-gontokan.
Kisah ini diceritakan Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy
Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan
Yayasan Bung Karno tahun 2007.
"Nah kita sudah bernegara sejak kemarin. Dan sebuah negara memerlukan seorang Presiden. Bagaimana kalau kita memilih Soekarno?"
Soekarno pun menjawab, "Baiklah."
Sesederhana itu. Maka jadilah Soekarno sebagai Presiden pertama RI.
Namanya negara yang baru seumur sehari, tidak ada mobil kepresidenan
yang mengantar Soekarno. Maka Soekarno pun pulang berjalan kaki.
"Di jalanan aku bertemu dengan tukang sate yang berdagang di kaki lima.
Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pedagang yang
bertelanjang kaki itu dan mengeluarkan perintah pelaksanaannya yang
pertama. Sate ayam 50 tusuk!" ujar Soekarno.
Itulah perintah pertama presiden RI. "Sate ayam 50 tusuk!"
Soekarno kemudian jongkok di pinggir got dekat tempat sampah. Sambil
berjongkok, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia itu
menghabiskan sate ayam 50 tusuk dengan lahap. Itulah pesta perayaan
pelantikannya sebagai Presiden RI.
Saat Soekarno pulang ke
rumah, dia menyampaikan dirinya telah dipilih menjadi Presiden pada
Fatmawati, istrinya. Fatmawati tidak melompat-lompat kegirangan.
Fatmawati menceritakan wasiat ayahnya sebelum meninggal.
"Di
malam sebelum bapak meninggal, hanya tinggal kami berdua yang belum
tidur. Aku memijitnya untuk mengurangi rasa sakitnya, ketika tiba-tiba
beliau berkata 'Aku melihat pertanda secara kebatinan bahwa tidak lama
lagi...dalam waktu dekat...anakku akan tinggal di istana yang besar dan
putih itu'. Jadi ini tidak mengagetkanku. Tiga bulan yang lalu, Bapak
sudah meramalkannya," ujar Fatmawati tenang.
Soekarno memang ditakdirkan jadi orang besar dengan segala ceritanya.
Soekarno cinta budaya bangsa
Satu-persatu budaya Indonesia terus diklaim oleh Malaysia. Mulai dari
angklung, reog, tari tor-tor hingga motif batik. Ironi, padahal Presiden
pertama Republik Indonesia, Soekarno, dikenal sangat mencintai
kebudayaan Indonesia.
Sejak kecil, Soekarno sangat menyukai
cerita wayang. Dia hapal banyak cerita wayang sejak kecil. Saat masih
bersekolah di Surabaya, Soekarno rela begadang jika ada pertunjukan
wayang semalam suntuk. Dia pun senang menggambar wayang di batu
tulisnya.
Saat ditahan dalam penjara Banceuy pun kisah-kisah
wayanglah yang memberi kekuatan pada Soekarno. Terinspirasi dari Gatot
Kaca, Soekarno yakin kebenaran akan menang, walau harus kalah dulu
berkali-kali. Dia yakin suatu saat penjajah Belanda akan kalah oleh
perjuangan rakyat Indonesia.
"Pertunjukan wayang di dalam sel
itu tidak hanya menyenangkan dan menghiburku. Dia juga menenangkan
perasaan dan memberi kekuatan pada diriku. Bayangan-bayangan hitam di
kepalaku menguap bagai kabut dan aku bisa tidur nyenyak dengan penegasan
atas keyakinanku. Bahwa yang baik akan menang atas yang jahat," ujar
Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno,
Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno
tahun 2007.
Soekarno tidak hanya mencintai budaya Jawa. Dia
juga mengagumi tari-tarian dari seantero negeri. Soekarno juga begitu
takjub akan tarian selamat datang yang dilakukan oleh penduduk Papua.
Karena kecintaan Soekarno pada seni dan budaya, Istana Negara penuh
dengan aneka lukisan, patung dan benda-benda seni lainnya. Setiap pergi
ke daerah, Soekarno selalu mencari sesuatu yang unik dari daerah
tersebut.
Dia menghargai setiap seniman, budayawan hingga
penabuh gamelan. Soekarno akan meluangkan waktunya untuk
berbincang-bincang soal seni dan budaya setiap pagi, di samping bicara
politik.
Saat-saat diasingkan di Istana Bogor selepas
G-30S/PKI, Soekarno membunuh waktunya dengan mengiventarisir musik-musik
keroncong yang dulu populer tahun 1930an dan kemudian menghilang. Atas
kerja kerasnya dan beberapa seniman keroncong, Soekarno berhasil
menyelamatkan beberapa karya keroncong.
Jika mendengar Malaysia
main klaim, mungkin saja Soekarno akan mengulang pidatonya saat
Dwikora. Dengan lantang, orator ulung ini akan membakar semangat rakyat
untuk mempertahankan apa yang kita miliki.
Kalau kita lapar itu biasa Kalau kita malu itu juga biasa Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan
sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian
keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang
sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa
yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan
keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan
ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih
memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Ketika Bung Karno paksa Belanda memikul sepeda
Ada saja cerita lucu yang datang dari Bung Karno, proklamator yang
lahir pada 6 Juni 1901 dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970. Sebuah
cerita lucu dituturkan istrinya Fatmawati. Fatmawati menjadi Ibu Negara
Indonesia dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3
dari Soekarno. Fatmawati juga dikenal akan jasanya dalam menjahit
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada upacara
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 Agustus
1945.
Fatmawati mengakui kadang kali ada kelucuan daripada
pembawaan Soekarno. Bila Bung Karno sudah melucu, dirinya jadi
terpingkal-pingkal dibuatnya. Menurut Fatmawati, Bung Karno pernah
bercerita kalau dirinya senang berkelakar. Senang mendengar dan
bercerita yang lucu. Dan kelucuan Bung Karno bukanlah kelucuan seorang
badut, tapi sikap eksentrik seorang pemikir.
Menurut Fatmawati,
ketika Bung Karno dibuntuti polisi Belanda, polisi Belanda tersebut
dipaksa untuk memikul sepedanya. Bung Karno tahu kalau dirinya selalu
diikuti oleh serdadu Belanda. Sedikit saja Bung Karno melanggar hukum,
Belanda dengan cepat mengirimnya ke dalam bui. Justru karena tahu polisi
Belanda tidak boleh melepaskan pandangan mengikuti jejaknya, membuat
dia sering mempermainkan polisi Belanda.
Waktu itu, Bung Karno
sedang bersepeda, seorang polisi mengikutinya dari belakang. Bung Karno
sengaja tidak mempercepat laju sepedanya. Dia menggenjot dengan santai
saja. Polisi belanda itu pun santai pula mengikuti dari kejauhan.
Tiba-tiba timbul pikiran membikin polisi itu repot. Di tepi persawahan,
Bung Karno berhenti dan meninggalkan sepedanya di sana. Kemudian Bung
Karno berjalan meniti pematang, menuju suatu perkampungan yang agak jauh
letaknya, tempat seorang temannya tinggal. Bung Karno tahu, sepedanya
tidak akan ada yang mengambil.
"Bung Karno tahu, polisi itu
tidak berani membiarkan dirinya lepas dari pandangannya. Dia wajib
menguntit Soekarno terus,” cerita Fatmawati dikutip dari buku Bung Karno
Masa Muda’ Penerbit: Pustaka Yayasan Antar Kota, Jakarta, 1978.
Tapi kesulitannya sekarang adalah sepedanya tidak boleh ditinggalkan
begitu saja seperti sepeda Bung Karno. Disiplin melarang polisi Belanda
meninggalkan sepedanya di jalanan. Akhirnya terpaksa polisi itu memikul
sepedanya meniti pematang sambil terseok-seok. Sesekali polisi itu
kejeblos masuk lumpur sawah dengan bebannya yang cukup berat. Dia tidak
berani membiarkan Bung Karno bebas berkeliaran di luar pengawasannya.
Sedangkan Bung Karno yang punya pikiran nakal itu enak saja meniti
pematang panjang menuju perkampungan. Dia dengan jalan lenggang
kangkung, sementara di belakang sang polisi dengan geram mengikutinya.
Itulah beberapa keping perbuatan Soekarno yang terkadang lucu, menurut
Fatmawati sering membuat dia terpingkal-pingkal mendengarnya.
Saat Soekarno kencingi Hatta
Tanggal 8 Agustus 1945, pemimpin tertinggi pasukan Jepang di Asia
Tenggara, Jenderal Terauchi memanggil Soekarno dan Mohammad Hatta ke
Vietnam. Terauchi sama sekali tidak menjelaskan apa maksudnya. Hal ini
membuat Soekarno dan Hatta bertanya-tanya.
Berangkatlah mereka
dengan diiringi 20 pejabat tinggi militer Jepang. Pesawat yang
ditumpangi Soekarno penuh sesak. Tapi tak ada yang mau bicara soal
alasan pemanggilan tersebut.
Ternyata pertemuan Soekarno-Hatta
dengan Terauchi di Dalath ini sangat penting dalam sejarah Indonesia.
Jepang mengaku tidak akan menghalang-halangi kemerdekaan Indonesia.
Jepang sadar mereka sudah dikalahkan pasukan sekutu. Kondisi peperangan
sama sekali berubah. Jepang sudah kalah habis-habisan dalam perang dunia
II di Pasifik.
Kisah ini diceritakan Soekarno dalam
biografinya yang ditulis Cindy Adams "Bung Karno, Penyambung Lidah
Rakyat Indonesia yang diterbitkan Yayasan Bung Karno tahun 2007.
Maka dengan membawa berita baik itu, pulanglah Soekarno dan Hatta ke
Indonesia. Kali ini mereka tidak naik pesawat penumpang yang bagus
seperti saat berangkat. Mereka naik pesawat pembom yang sudah rongsokan.
Banyak lubang bekas tembakan di badan pesawat itu.
Pesawat itu
juga tidak memiliki tempat duduk. Para penumpang duduk di lantai
pesawat atau berbaring. Tidak ada juga pemanas, sehingga para penumpang
menggigil kedinginan. Parahnya, tidak ada juga kamar kecil.
Nah, yang jadi masalah, saat itu Soekarno ingin kencing. Dia berbisik pada Suharto, dokter pribadinya.
"Aku ingin kencing. Apa yang harus kulakukan?" bisik Soekarno.
Suharto juga bingung, tidak ada kamar kecil. Maka dia menunjuk bagian
ekor pesawat yang penuh lubang bekas tembakan. "Tidak ada tempatnya,
jadi tidak ada jalan lain. Bung harus kencing di sana," kata Suharto.
"Baiklah. Aku melangkah pelan-pelan ke bagian belakang pesawat dan
melampiaskan hajatku. Dan baru aku mulai, tiupan angin yang keras
menghempas melalui lubang-lubang bekas peluru dan menyemburkan air itu
ke seluruh ruangan pesawat. Kawan-kawanku yang malang itu mandi dengan
air istimewa," beber Soekarno.
Saat mendarat di Jakarta, para
pemimpin bangsa itu masih setengah basah dengan air kencing sang
pemimpin besar revolusi. Tak dijelaskan bagaimana reaksi Hatta dan yang
lainnya saat terkena air kencing Soekarno.
Soekarno menipu Belanda dengan telur dan Alquran
Aktivitas politik Soekarno saat masa pergerakan di pertengahan tahun
1920-an membuatnya menjadi incaran Belanda. Sejak pindah ke Bandung
untuk meneruskan sekolahnya, gerak-gerik Bung Karno diawasi ketat.
Hingga kemudian di bulan Desember 1929 Bung Karno muda dijebloskan ke
penjara.
Bung Karno pindah ke Bandung dari Surabaya pada tahun
1920. Dia melanjutkan pendidikan ke THS (Technische Hoogeschool atau
Sekolah Teknik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Pada tahun 1926 saat
dia sudah lulus dan bergelar insinyur, Bung Karno mendirikan Algemene
Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai
Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di
PNI inilah yang membuat dia mendekam di penjara Banceuy dan kemudian
dipindahkan ke Sukamiskin pada tahun 1930.
Kehidupan ekonomi
Soekarno saat di Bandung sangat memprihatinkan. Dia menikah dengan
Inggit Garnasih tahun 1923. Soekarno tidak pernah bekerja secara
profesional yang mendatangkan penghasilan. Waktunya lebih banyak
dihabiskan untuk kegiatan politik.
Saat dipenjara, Soekarno
mengandalkan hidupnya dari sang istri. Seluruh kebutuhan hidup dipasok
oleh Inggit yang dibantu oleh kakak kandung Soekarno, Sukarmini atau
yang lebih dikenal sebagai Ibu Wardoyo.
Saat dipindahkan ke
penjara Sukamiskin, pengawasan terhadap Soekarno semakin keras dan
ketat. Dia dikategorikan sebagai tahanan yang berbahaya. Bahkan untuk
mengisolasi Soekarno agar tidak mendapat informasi dari luar, dia
digabungkan dengan para tahanan 'elite'. Kelompok tahanan ini sebagian
besar terdiri dari orang Belanda yang terlibat korupsi, penyelewengan,
atau penggelapan. Tentu saja, obrolan dengan mereka tidak nyambung
dengan Bung Karno muda yang sedang bersemangat membahas perjuangan
kemerdekaan. Paling banter yang dibicarakan adalah soal makanan, cuaca,
dan hal-hal yang tidak penting.
Beberapa bulan pertama menjadi
tahanan di Sukamiskin, komunikasi Bung Karno dengan rekan-rekan
seperjuangannya nyaris putus sama sekali. Tapi sebenarnya, ada berbagai
cara dan akal yang dilakukan Soekarno untuk tetap mendapat informasi
dari luar.
Hal itu terjadi saat pihak penjara membolehkan
Soekarno menerima kiriman makanan dan telur dari luar. Telur yang
merupakan barang dagangan Inggit itu selalu diperiksa ketat oleh sipir
sebelum diterima Bung Karno.
Seperti yang dituturkan Ibu
Wardoyo yang dikutip dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan Pustaka
Antarkota tahun 1978, telur menjadi alat komunikasi untuk mengabarkan
keadaan di luar penjara. Caranya, bila Inggit mengirim telur asin,
artinya di luar ada kabar buruk yang menimpa rekan-rekan Bung Karno.
Namun dia hanya bisa menduga-duga saja kabar buruk tersebut, karena
Inggit tidak bisa menjelaskan secara detail.
Seiring
berjalannya waktu, Soekarno dan Inggit kemudian menemukan cara yang
lebih canggih untuk mengelabui Belanda. Medianya masih sama, telur.
Namun, telur tersebut telah ditusuk-tusuk dengan jarum halus dan pesan
lebih detail mengenai kabar buruk itu dapat dipahami Bung Karno. Satu
tusukan di telur berarti semua kabar baik, dua tusukan artinya seorang
teman ditangkap, dan tiga tusukan berarti ada penyergapan besar-besaran
terhadap para aktivis pergerakan kemerdekaan.
Ada lagi cara
yang lebih rumit dengan menggunakan media buku-buku agama hingga
Alquran. Inggit yang mendapat jatah berkunjung dua kali sepekan
diizinkan membawa buku-buku agama dan Alquran. Misalnya, Bung Karno
dikirimi Alquran tanggal 24 bulan April. Maka Bung Karno harus membuka
surat Alquran keempat di halaman 24. Di bawah huruf-huruf tertentu pada
halaman tersebut terdapat lubang-lubang kecil seperti huruf Braille.
Contohnya di bawah huruf B ada tusukan, selanjutnya di bawah huruf U,
dan seterusnya, hingga membentuk rangkaian kata dan kalimat yang berisi
kabar dari rekan-rekan seperjuangannya yang berada di luar penjara.
Satu lagi model komunikasi yang digunakan Bung Karno. Cara ini dipilih
Ibu Wardoyo, yang selalu menemani Inggit membesuk ke penjara Sukamiskin.
Dia menggunakan bahasa tubuh seperti menarik telinga, menyilangkan
jari, mengedipkan mata, menggerakan satu tangan, hingga menggerakkan
bagian muka. Semua kode itu sudah dipahami maknanya oleh Bung Karno.
Selama menjalani masa hukuman dari Desember 1929 hingga dibebaskan pada
tanggal 31 Desember 1931, Soekarno tidak pernah dijenguk oleh kedua
orangtuanya yang berada Blitar. Menurut Ibu Wardoyo, orang tua mereka
Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai tidak sanggup melihat
anak yang mereka banggakan itu berada di tempat hina yakni penjara dan
dalam posisi yang tidak berdaya.
Apalagi, saat di Sukamiskin,
menurut Ibu Wardoyo, kondisi Soekarno demikian kurus dan hitam. Namun
Bung Karno beralasan, dia sengaja membuat kulitnya menjadi hitam dengan
bekerja dan bergerak di bawah terik matahari untuk memanaskan
tulang-tulangnya. Sebab di dalam sel tidak ada sinar matahari, lembab,
gelap, dan dingin.
Soekarno soal cerutu Kuba, Che dan Castro
Soekarno punya banyak sahabat di luar negeri. Salah satu yang paling
dekat mungkin dengan para pemimpin revolusioner Kuba, Fidel Castro dan
Che Guevara.
Che Guevara lebih dulu berkunjung ke Indonesia
tahun 1959. El Comandante ini berdiskusi panjang lebar soal revolusi di
Indonesia. Pada waktu itu, Che juga merupakan wakil resmi pemerintah
Kuba untuk membicarakan hubungan dagang antar kedua negara. Soekarno
cocok dengan pribadi Che. Keduanya penuh energi dan bergaya informal.
Che sempat berwisata ke Candi Borobudur. Dia yang terkesan dengan
Soekarno kemudian mengundang Soekarno untuk ganti berkunjung ke Kuba.
Maka tahun 1960, Soekarno yang melawat ke Kuba. Pemimpin Kuba Fidel
Castro langsung menyambutnya di Bandara Havana. Soekarno disambut
meriah. Warga Kuba berdiri di sepanjang jalan membentangkan poster
bertuliskan 'Viva President Soekarno'.
Soekarno banyak
berdiskusi dengan Castro soal apa yang telah dilakukannya di Indonesia.
Di tengah kepulan cerutu kuba yang legendaris, Soekarno memaparkan
konsepnya soal Marhaenisme. Soekarno menjelaskan kemandirian di bidang
ekonomi. Bagaimana rakyat bisa menjadi tuan di negerinya sendiri tanpa
didikte imperialisme.
Fidel Castro yang juga anti-Amerika klop
dengan Soekarno. Sejarah menunjukkan keduanya tidak pernah mau didikte
Amerika Serikat.
Foto-foto Soekarno, Che dan Castro menunjukkan
hubungan yang sangat dekat. Soekarno menghadiahi Castro keris, senjata
asli Indonesia. Mereka tertawa seperti dua sahabat saat bertukar penutup
kepala. Soekarno menukar kopiahnya dengan topi a la komandan militer
yang menjadi ciri khas Castro. Che pun tampak senang mengenakan kopiah
Soekarno.
Saat itu revolusi baru saja terjadi di Kuba. Castro
dan Che baru menumbangkan rezim Batista dan mengambil alih kepemimpinan
Kuba tahun 1959. Karena itu euforia revolusi terjadi di semua pelosok
Kuba.
Yang unik, rombongan kepresidenan sempat berhenti hanya karena petugas polisi yang memimpin konvoi ingin menghisap cerutu.
Cerita itu dituturkan ajudan Soekarno, Bambang Widjanarko dalam buku
'Sewindu Dekat Bung Karno' terbitan Kepustakaan Populer Gramedia.
Saat itu dalam konvoi Soekarno ada tiga polisi yang memimpin
iring-iringan kepresidenan sekaligus membuka jalan. Tiba-tiba polisi
pemimpin konvoi menghentikan motornya dan menyuruh konvoi berhenti.
Tentu saja semua peserta bertanya-tanya kenapa konvoi berhenti.
Polisi itu lalu mengeluarkan cerutu, dan menghampiri sopir Soekarno.
Rupanya dia mau pinjam korek untuk menyalakan cerutu. Setelah menyala,
polisi itu lalu memberi hormat pada Soekarno. Dia menaiki motornya dan
memimpin konvoi kembali dengan gagah. Sambil menghisap cerutu kuba tentu
saja.
"Bung Karno tertawa berderai melihat itu. Rupanya dia cukup paham Kuba masih dalam revolusi," ujar Bambang.
Lawatan ke Kuba sangat mengesankan untuk Soekarno. Sangat berbeda
dengan lawatannya ke Washington beberapa waktu sebelumnya. Kala itu
Soekarno tersinggung dengan Presiden Eisenhower yang sombong. Eisenhower
menganggap remeh Soekarno yang dianggapnya datang dari negara dunia
ketiga.
Dibiarkannya Soekarno menunggu di Gedung Putih hampir setengah jam lamanya. Amarah Soekarno pun meledak.
"Apakah kalian memang bermaksud menghina saya. Sekarang juga saya pergi," ujar Soekarno dengan marah.
Para pejabat AS pun kebingungan. Mereka sibuk meminta maaf dan meminta
Soekarno tinggal. Eisenhower pun segera keluar menemui Soekarno.
Pada pertemuan berikutnya, Eisenhower menjadi lebih ramah. Dia sadar Soekarno tak bisa diremehkan.
Bung Karno tak suka wanita seksi
Presiden Soekarno semasa hidupnya dikenal memiliki pesona, sehingga
dengan mudah menaklukkan wanita-wanita cantik yang diinginkannya.
Sejarah mencatat Bung Karno sembilan kali menikah. Namun banyak yang
tidak tahu wanita seperti apa yang dicintai Sang Putra Fajar itu.
Untuk urusan kriteria ternyata Bung Karno bukanlah sosok pria
neko-neko. Perhatian Bung Karno akan mudah tersedot jika melihat wanita
sederhana yang berpakaian sopan. Lalu, bagaimana Bung Karno memandang
wanita berpenampilan seksi?
Pernah di satu kesempatan ketika
sedang jalan berdua dengan Fatmawati, Bung Karno bercerita mengenai
penilaiannya terhadap wanita. Kala itu Bung Karno benar-benar sedang
jatuh hati pada Fatmawati.
"Pada suatu sore ketika kami sedang
berjalan-jalan berdua, Fatmawati bertanya padaku tentang jenis perempuan
yang kusukai," ujar Soekaro dalam buku 'Bung Karno Masa Muda' terbitan
Pustaka Antar Kota.
Sesaat Bung Karno memandang sosok Fatmawati
yang saat itu berpakaian sederhana dan sopan. Perasaan Bung Karno
benar-benar bergejolak, dia sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu.
"Aku memandang kepada gadis desa ini yang berpakaian baju kurung merah
dan berkerudung kuning diselubungkan dengan sopan. Kukatakan padanya,
aku menyukai perempuan dengan keasliannya, bukan wanita modern yang
pakai rok pendek, baju ketat dan gincu bibir yang menyilaukan," kata
Soekarno.
"Saya lebih menyukai wanita kolot yang setia menjaga
suaminya dan senatiasa mengambilkan alas kakinya. Saya tidak menyukai
wanita Amerika dari generasi baru, yang saya dengar menyuruh suaminya
mencuci piring," tambahnya.
Mungkin saat itu Fatmawati begitu
terpesona mendengar jawaban Soekarno yang lugas. Sampai pada akhirnya
jodoh mempertemukan keduanya. Soekarno menikah dengan Fatmawati pada
tahun 1943, dan dikarunia 5 anak yakni Guntur, Megawati, Rachmawati,
Sukmawati, dan Guruh.
"Saya menyukai perempuan yang merasa
bahagia dengan anak banyak. Saya sangat mencintai anak-anak," katanya.
Bung Karno dan Ibu Fatmawati, tak pernah ingat kapan menikah
Banyak kisah menarik dalam perjalanan hidup Bung Karno, presiden pertama
RI yang lahir pada 6 Juni 1901 dan wafat pada 21 Juni 1970. Salah
satunya adalah cerita pernikahan Bung Karno dengan Ibu Fatmawati.
Di zaman modern, ada tradisi memperingati ulang tahun perkawinan. Kalau
25 tahun perkawinan disebut kawin perak, sementara 50 tahun perkawinan
disebut kawin emas. Tetapi, menurut pengakuan Ibu Fatmawati, dia dan
Bung Karno tidak pernah merayakan ulang tahun perkawinan.
Jangankan kawin perak atau kawin emas, ulang tahun pernikahan ke-1, ke-2
atau ke-3 saja tidak pernah. Sebabnya tak lain karena keduanya tidak
pernah ingat kapan menikah. Ini bisa dimaklumi karena saat
berlangsungnya pernikahan, zaman sedang dibalut perang. Saat itu Perang
Dunia II sedang berkecamuk dan Jepang baru datang untuk menjajah
Indonesia.
"Kami tidak pernah merayakan kawin perak atau kawin
emas. Sebab kami anggap itu soal remeh, sedangkan kami selalu dihadapkan
pada persoalan-persoalan besar yang hebat dan dahsyat," begitu cerita
Ibu Fatmawati di buku Bung Karno Masa Muda, terbitan Pustaka Antar Kota,
1978.
Kehidupan pernikahan Bung Karno dan Fatmawati memang
penuh dengan gejolak perjuangan. Dua tahun setelah keduanya menikah,
Indonesia mencapai kemerdekaan. Tetapi ini belum selesai, justru saat
itu perjuangan fisik mencapai puncaknya. Bung Karno pastinya terlibat
dalam setiap momen-momen penting perjuangan bangsa.
Pasangan
ini melahirkan putra pertamanya yaitu Guntur Soekarnoputra. Guntur lahir
pada saat Bung Karno sudah berusia 42 tahun. Berikutnya lahir Megawati,
Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Putra-putri Bung Karno dikenal
memiliki bakat kesenian tinggi. Hal itu tak aneh mengingat Bung Karno
adalah sosok pengagum karya seni, sementara Ibu Fatmawati sangat pandai
menari.
Repotnya Soekarno beristri banyak
Presiden
pertama Republik Indonesia, Soekarno, dikenal beristri banyak. Punya
istri banyak dan cemburuan tentu membuat Soekarno pusing. Kadang
Soekarno terpaksa main kucing-kucingan dengan para istrinya.
Ketika Soekarno menikah dengan Hartini, Fatmawati marah dan keluar dari
Istana. Istri kedua Soekarno ini memilih tinggal di Kebayoran Baru.
Hartini pun akhirnya tidak tinggal di Istana, tetapi di paviliun Istana
Bogor. Lalu setelah menikah dengan Dewi Soekarno, wanita Jepang ini
ditempatkan di Wisma Yasoo, Jl Gatot Subroto. Sementara istri lainnya,
Haryati 'ditaruh' di kawasan Slipi, Jakarta Barat.
Banyak kisah
lucu soal poligami Soekarno. Misalnya soal surat. Karena sibuk,
Soekarno tidak sempat menulis surat untuk masing-masing istrinya. Maka
dia menyuruh juru tulis Istana untuk mengetikkan surat cinta bagi
istrinya.
Tapi betapa kagetnya Soekarno saat mendapati surat
cinta itu diketik di atas kertas berkop kepresidenan resmi. Lengkap
dengan logo burung garuda dan cap kepresidenan. Bukan itu saja, si
pengirim bukan ditulis sebagai 'mas' atau 'Soekarno' tetapi Paduka Yang
Mulia Presiden Republik Indonesia, Ir Soekarno.
Nah, akibat
banyak istri ini para ajudan pun jadi punya tugas tambahan. Ajudan
Soekarno, Bambang Widjanarko menceritakan semua kerepotan ini.
Para istri Soekarno ini selalu curiga ke mana Soekarno pergi setelah jam
dinas usai. Apakah menemui istrinya yang lain? ke rumah si A, si B atau
si C? Para ajudan Soekarno pun harus berbohong demi menyelamatkan bos
mereka.
"Kami para ajudannya harus membantu dan mengamankan
setiap timbul persoalan. Kalau perlu harus berbohong, apabila ibu yang
satu bertanya apakah Bung Karno bertemu dengan ibu yang lainnya," kata
Bambang Widjanarko dalam buku 'Sewindu Dekat Bung Karno' terbitan
Kepustakaan Populer Gramedia.
Jika Soekarno bertanya "Apakah
aku sudah rapi?" Maka 'rapi' itu artinya bersih dari bekas lipstik, dan
wangi parfum salah satu istrinya. Ajudan pun harus ektra teliti
memeriksa. Jika ada bekas parfum misalnya, maka Soekarno akan pulang
dulu ke Istana Negara untuk mandi dan berganti pakaian.
Pernah
suatu saat, Haryati, mendengar Soekarno sedang menemui istrinya yang
lain. Dia pun marah dan hendak menyusul ke tempat acara. Soekarno yang
mendapat laporan, memerintahkan bagaimana dan apapun caranya, Haryati
tak boleh meninggalkan Slipi.
Maka 'operasi sabotase' itu
digelar. Awalnya sopir Haryati berpura-pura mobilnya mogok. Haryati yang
murka meminta agar dikirim mobil dari Istana. Tapi berjam-jam mobil itu
tidak juga datang. Saat sopir sudah berhasil menyalakan mobil yang tadi
mogok, sebuah truk tiba-tiba mogok di depan rumahnya. Mobil Haryati pun
tidak bisa keluar dari garasi. Misi sabotase ini sukses.
Repot memang punya banyak istri yang pencemburu.